Monthly Archives: Desember 2011

Penelitian Membuktikan Semakin Ramai Pengunjung Toko Semakin Sedikit Yang Membeli


Berbelanja bisa jadi salah satu kegiatan yang difavoritkan banyak orang. Tapi mood belanja bisa hilang seketika jika mereka didekati orang asing atau tak sengaja tubuhnya tersenggol orang lain saat memilih produk yang diinginkan.

Seperti dikutip Fashionetc dari The Atlantic, studi terbaru menemukan bahwa pembelanja ingin punya ‘ruang’ pribadinya sendiri saat berbelanja. Menurut penelitian yang dilakukan Brett A.S. Martin dari Queensland University of Technology, sentuhan yang tak sengaja dilakukan orang lain (pembeli lain melintas dan tak sengaja menyenggol lengan atau orang asing berdiri di belakang saat Anda memilih pakaian) membuat pembelanja cenderung memberi umpan balik yang negatif terhadap suatu toko atau produk.

Untuk membuktikan teorinya, Brett meminta beberapa partisipan berusia 30 tahun untuk dengan penampilan menarik untuk berdiri atau melintas di dekat para pengunjung toko di Inggris. Kemudian, para pengunjung disurvei tentang pengalaman belanja mereka.

Hasilnya, mereka yang ‘ruang pribadinya’ telah terganggu cenderung lebih merasa tidak puas dibandingkan pengunjung yang dibiarkan sendirian saat memilih produk di toko. Sebagian pengunjung lagi bahkan langsung meninggalkan toko setelah tubuhnya tersentuh.

Reaksi negatif lebih kuat ketika pria asing tak sengaja menyentuh pengunjung wanita. Penelitian yang telah diterbitkan dalam Journal of Consumer Research menyimpulkan bahwa para retailer perlu mencegah tokonya menjadi terlalu ramai. Hal itu untuk menghindari kejadian serupa dan membuat pelanggan merasa lebih nyaman.

“Bagi para manajer, sentuhan dari orang asing di toko, berarti uang Anda melayang,” tutur Brett.

Situs Raja Brawijaya Ditemukan di Dusun Sumberayu Pamotan Malang


Situs yang diduga peninggalan Raja Brawijaya pada masa Kerajaan Majapahit ditemukan warga di Dusun Sumberayu, Desa Pamotan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Koordinator Purbakala wilayah Malang Raya dari Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, Hariyoto, Senin mengatakan, situs itu ditemukan warga pada Jumat (23/12), namun baru dilaporkan pada hari ini, sehingga pihaknya langsung meninjau lokasi penemuan.

“Sesuai penelusuran kita, dugaan sementara situs ini merupakan tempat semedi Patih Nambi di era Raja Brawijaya Kerajaan Majapahit, sebab prajurit Majapahit saat perjalanan pulang di wilayah Lumajang membuatkan tempat semedi untuk Patih Nambi,” kata Hariyoto kepada wartawan.

Ia mengatakan, posisi penemuan situ berada di atas lahan ditanami ubi milik warga desa, dengan panjang situs 8 x 8 meter, dengan ukuran batu bata panjangnya 40 centimeter, tinggi 40 centimeter serta lebar 25 centimeter.

“Kondisi sebagian batu bata sudah rusak, karena terkena pacul warga yang sedang membuka lahan untuk bertani,” paparnya.

Hariyoto mengaku pihaknya terus mendalami penemuan situs itu dengan menerjunkan tim arkeolog untuk menggalinya, sebab dengan upaya penggalian akan diketahui secara pasti sejarah situs yang baru ditemukan itu.

“Situs ini, mungkin juga berkaitan dengan situs yang telah ada sebelumnya di wilayah perbatasan Kabupaten Lumajang dengan Kabupaten Malang, seperti Candi Jawar,” ujarnya.

Hariyoto menjelaskan, Candi Jawar merupakan salah satu jejak peninggalan Patih Nambi di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, sehingga penemuan situs baru tersebut dimungkinkan ada kaitannya dengan Candi Jawar karena lokasinya yang tidak seberapa jauh.

Menanggapi penemuan situs, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang, Ratna Nurhayati mengaku belum mendapatkan laporan terkait temuan itu.

Meski demkikan, pihaknya mendukung jika situs tersebut dijadikan salah satu benda purbakala atau cagar budaya purbakala yang dilindungi.

“Hingga hari ini belum ada laporan yang masuk, namun apabila penemuan situs itu dijadikan cagar budaya untuk dilindungi maka saya akan mendukungnya,” katanya.

Laba-laba Tak Selalu Butuh Delapan Kaki


Ilmuwan mungkin menemukan jawaban kenapa laba-laba memiliki kaki yang banyak, melebihi kebutuhan mereka. Kaki berlebih itu jadi kaki cadangan. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Naturwissenschaften.

Para peneliti mendapat datah bahwa 10 persen dari seluruh laba-laba di alam memiliki kaki tidak lengkap. “Paling tidak mereka kehilangan salah satu dari delapan kaki mereka,” jelas Alain Pasquet dari University of Nancy 1, Prancis, yang terlibat dalam penelitian. Lebih lanjut Pasquet dan rekannya ingin mengetahui efek kehilangan kaki pada laba-laba.

Tim peneliti kemudian mengumpulkan 123 laba-laba Zygiella x-notata–60 memiliki delapan kaki, sementara 63 kehilangan satu atau beberapa kaki. Setiap laba-laba diberi kotak sendiri sehingga mereka dapat membuat sarang. Pasquet dan timnya mendapati bahwa jaring yang dibuat laba-laba berkaki tak lengkap tidak berbeda dengan jaring buatan laba-laba berkaki lengkap.

Kemudian, para peneliti meletakkan lalat di dalam kotak untuk melihat kemampuan berburu laba-laba yang kekurangan kaki. Hasilnya, laba-laba cacat tersebut tetap memiliki kemampuan berburu dan memangsa yang sempurna. “Kami terkejut. Kami berharap kehilangan kaki berpengaruh pada kemampuan berburu. Nyatanya tidak sama sekali,” kata Pasquet.

Berdasarkan temuan ini, peneliti menganggap laba-laba memiliki kaki dalam jumlah yang melebihi keperluan mereka. Jumlah kelebihan ini menjadi keuntungan saat salah satu atau beberapa kaki mereka dirusak pemangsa.

Para peneliti juga mendapati batas jumlah kaki yang “boleh” hilang. Di alam, peneliti mendapati laba-laba dengan lima kaki. Di laboratorium, laba-laba tersebut serampangan dalam membangun jaring.

Cara Laba-laba Cegah Kerusakan Jaring Adalah Dengan Berhias


Seabad yang lalu, ilmuwan pertama kali menemukan bahwa laba-laba orb weaving (famili Araneidae) menghias jaringnya. Lama setelah penemuan itu, ilmuwan berdebat tentang apa maksud pembuatan dekorasi itu, apakah sekedar untuk keindahan ataukah memiliki maksud lain.

Peneliti Departemen Zoologi Universitas Melbourne, Dr Andre Walter dan Professor Mark Elgar, berhasil menjawab pertanyaan itu dengan hasil risetnya. Menurut mereka, laba-laba membuat dekorasi berpola saling silang itu untuk mencegah kerusakan jaring-jaringnya.

Elgar mengatakan, kerusakan jaring-jaring sangat mahal “biayanya” bagi laba-laba sebab membutuhkan nutrisi dan energi yang tak sedikit untuk membangunnya lagi. “Jadi mereka berevolusi mengembangkan taktik jitu untuk meminimalisir kerusakan,” ungkap Elgar.

Untuk menemukan jawaban ini, dua orang peneliti itu mengumpulkan laba-laba orb weaving dan membiarkannya membangun jaring-jaring di laboratorium. Keduanya lalu meneliti respon laba-laba ketika jaringnya rusak parah, rusak ringan dan tak mengalami kerusakan.

“Fakta bahwa laba-laba meningkatkan aktivitas dekorasi pada jaring rusak parah dan tak meningkatkannya pada jaring rusak ringan menunjukkan bahwa pola silang yang mencolok berfungsi membuat jaring-jaring lebih visible bagi hewan lain yang melewatinya atau terbang di atasnya,” kata Elgar.

“Studi yang kami lakukan membantu menjawab misteri yang ada kini,” tambah Elgar. Penelitian Elgar dan Walter dipublikasikan di jurnal Behavioural Ecology and Sociobiology yang terbit baru-baru ini.

Ditemukan Racun Laba-Laba Yang Seampuh Viagra Untuk Sembuhkan Disfungsi Ereksi


Dengan menggunakan racun laba-laba, ilmuwan mencoba membuat obat bagi pria dengan disfungsi ereksi.

Laba-laba yang digunakan oleh ilmuwan tersebut adalah laba-laba dari Brazil jenis Phoneutria nigriventer. “Salah satu efek dari racun laba-laba ini adalah ereksi terus-menerus,” kata Dr. Kania Nunes, fisiolog dari Medical College of Georgia.

Setelah berhasil memisahkan senyawa penyebab ereksi dari racun, mencobanya pada tikus. Hewan pengerat ini dikenal sering memiliki disfungsi ereksi akut. Pemberian “viagra baru” ini membuat tikus bisa membuat tikus ereksi dengan normal.

Menurut Nunes, setelah menyelidiki racun lebih lanjut, ia dan timnya mendapati cara kerja racun laba-laba dalam membuat ereksi berbeda dengan cara kerja obat disfungsi ereksi yang saat ini sudah ada. “Boleh dibilang kabar baik karena beberapa pasien tidak berhasil ditangani dengan terapi yang ada sekarang. Racun ini bisa jadi pilihan lain untuk mereka,” kata Nunes.

Laba-laba P. nigriventer biasa didapati di dekat tanaman pisang di daerah tropis. Laba-laba, yang kakinya bisa memanjang hingga 10 hingga 12 centimeter ini, sering berkeluyuran dan menggigit ketika merasa terancam.

Gigitan beracunnya terasa sangat sakit. Selain mengakibatkan ereksi terus-menerus selama beberapa jam, racun juga akan mengakibatkan orang kehilangan kemampuan mengendalikan otot, serta rasa sakit, kesulitan bernapas. Jika tidak cepat ditangani, kematian karena kekurangan oksigen dapat terjadi. Dengan diberi antiracun, korban biasanya kembali sehat dalam seminggu.

Tidak banyak kematian terlaporkan akibat gigitan laba-laba ini. Dari sekitar 7.000 kasus, hanya 10 yang diketahui meninggal.

Rasa Lapar Ternyata Mengubah Perilaku Seks


Rasa lapar bisa memengaruhi laba-laba betina dalam memilih pasangan kawin. Perubahan cuaca dan lingkungan dapat mengakibatkan kelangkaan bahan makanan. Dampaknya ternyata berhubungan dengan kecenderungan pemilihan pasangan dan reproduksi serangga, khususnya laba-laba.

Untuk mengamati sejauh mana rasa lapar memengaruhi laba-laba betina dalam memilih pasangan beserta tingkat agresivitasnya, para peneliti University of Cincinnati melakukan studi terhadap laba-laba serigala betina (Schizocosa ocreata), jenis laba-laba yang sering ditemui di Kanada dan timur Amerika. Laba-laba serigala betina terkenal mempunyai potensi agresivitas tinggi, bahkan cenderung kanibal saat didekati laba-laba jantan yang berupaya memikatnya.

Ada tiga kondisi laba-laba betina yang diamati, laba-laba yang cukup makan, laba-laba yang kelaparan dalam waktu yang belum terlalu lama, dan laba-laba yang kelaparan dalam waktu lama. Ketiganya menunjukkan perilaku yang berbeda.

Secara umum, laba-laba jantan berbadan besar dengan jumbai kaki yang besar paling diminati laba-laba betina, baik yang kenyang maupun yang kelaparan. Laba-laba jantan itu juga lebih terhindar dari kemungkinan dikanibal oleh laba-laba betina. Dengan begitu, kemungkinan peningkatan populasi laba-laba jantan berkualitas yang “menarik” ini pun semakin tinggi.

Namun, laba-laba jantan berukuran kecil dengan kaki pendek besar peluang menjadi korban. Laba-laba yang cukup makan tidak terlalu memedulikan laba-laba jantan kecil dan lebih pemilih laba-laba besar sebagai pasangan. Laba-laba yang lapar jangka pendek tidak terlalu tertarik kawin dan sangat agresif terhadap laba-laba jantan kecil. Sementara laba-laba betina yang lapar jangka panjang malah suka kawin dan agresif.

“Hasil studi ini menunjukkan laba-laba betina yang lapar mengubah kecenderungannya. Mereka kawin dengan laba-laba jantan yang disukainya dan memangsa yang tidak diminatinya,” kata George Uetz, profesor biologi di University of Cincinnati.

Menurut Uetz, studi ini memberikan indikasi terhadap apa yang akan terjadi apabila perubahan lingkungan memengaruhi sumber makanan pada populasi hewan. Sekaligus membawa titik cerah mengenai efek yang mungkin terjadi pada preferensi pemilihan pasangan kawin dalam jangka pendek maupun jangka panjang saat sumber makanan langka serta potensi dinamika populasinya dalam jangka panjang

Misteri Teka Teki Keragaman Laba-laba Berevolusi Terungkap


Ada ribuan jenis laba-laba orb-weaver di dunia, jenis laba-laba yang membuat jaring-jaring berbentuk spiral. Para ilmuwan percaya bahwa laba -laba tersebut pertama kali muncul 230 juta tahun lalu pada era Middle Triassic.

Jenis laba-laba itu cepat sekali mengalami diverfisikasi. Sekitar 170 juta tahun lalu atau masa Jurassic pertangahan, sudah banyak sekali jenis laba-laba orb weaver. Ilmuwan bertanya-tanya mengapa laba-laba itu begitu beragam.

Dulu, ilmuwan berpikir bahwa diversifikasi laba-laba disebabkan karena kebutuhan untuk menangkap serangga lain. Spesialisasi terjadi pada saat yang bersamaan dengan serangga-serangga yang bisa terbang. Namun, bukti terbaru menunjukkan bahwa pandangan itu kurang tepat.

“Tidak ada hubungan secara langsung,” kata Dimitar Dimitrov, pakar biologi evolusi dari University of Copenhagen, Denmark. Kepada New York Times, Senin (7/11/2011), Dimitrov menjelaskan bahwa serangga terbang justru mengalami diversifikasi 100 juta tahun setelah laba-laba.

Dimitrov percaya, laba-laba orb weaver mengalami diversifikasi karena harus menyesuaikan diri dengan habitat yang spesifik. Beberapa jenis laba-laba membangun jaring-jaring yang sesuai dengan cabang pohon, sementara yang lain menyesuaikan dengan ranting pohon dan rumput yang tinggi.

Untuk sampai pada kesimpulannya, Dimitrov menganalisis DNA dari beberapa laba-laba orb weaver yang ada saat ini dan fosil laba-laba yang hidup di masa lalu. “Kita berhasil menemukan bahwa laba-laba itu memiliki asal-usul yang sama,” kata Dimitrov.

Spesies Baru Laba-laba Albino Ditemukan Di Australia


Ilmuwan mengklaim telah menemukan spesies baru laba-laba albino di Australia. Laba-laba tersebut memiliki kepala putih serta kaki berwarna coklat dan hitam.

Dr Mark Harvey, kurator Museum Australia Barat, yang juga terlibat penelitian, mengatakan, adanya keunikan pada bagian pedipalpus dan kaki depan mengindikasikan bahwa laba-laba yang ditemukan adalah spesies baru.

Laba-laba secara umum memiliki empat pasang kaki. Pedipalpus adalah bagian serupa kaki di dekat mulut yang membesar dan berfungsi membantu perkawinan. Kaki depan berfungsi untuk mengangkat tubuh.

“Membandingkan ukuran dan jumlah duri kecil pada struktur itu (pedipalpus dan kaki belakang) dengan laba-laba berkepala putih lainnya menunjukkan adanya cukup bukti untuk mengatakan bahwa ini spesies baru,” kata Harvey.

Harvey, seperti dikutip The Hindu Business Line, Senin (31/10/2011), mengatakan bahwa rentang habitat laba-laba albino itu sangat sedikit dan sudah digerus oleh konversi lahan.

“Laba-laba ini membuat liang yang memiliki penutup jebakan. Penutup ini kadang sulit dilihat, dan laba-laba sulit dideteksi tanpa pengamatan cermat. Ketika jantan telah dewasa, mereka akan meninggalkan liang dan mencari pasangan,” urai Harvey.

Laba-laba itu hingga kini belum dinamai. Harvey mengatakan, “Sangat menyenangkan melihat laba-laba dengan warna aneh seperti ini.”

Spesies Baru Laba-laba dari Bukit Menoreh Kulon Progo Yogyakarta


Spesies baru laba-laba ditemukan di tiga gua di Pegunungan Menoreh, pegunungan yang membentang di barat laut Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Spesies tersebut ditemukan oleh salah satu penelusur gua bernama Sidiq Harjanto dari Matalabiogama Universitas Gadjah Mada yang tergabung bersama tim penelitian yang dipimpin oleh Cahyo Rahmadi, ilmuwan dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

“Laba-laba gua yang berwarna putih pucat ini memiliki kaki-kaki yang memanjang dan lebih panjang dibandingkan jenis laba-laba dari luar gua. Selain itu, laba-laba ini memiliki mata yang mengecil dan hanya menyisakan bintik-bintik di bagian depan kepalanya,” Cahyo mendeskripsikan spesies baru laba-laba itu.

Menurut penjelasan Cahyo, spesimen pertama dari spesies laba-laba itu ditemukan oleh Sidiq pada tahun 2008. Untuk kepentingan studi taksonomis, akhirnya diambil dua spesimen lagi. Studi tentang spesies ini dilakukan oleh Cahyo yang saat itu berada di Jepang. Untuk menganalisis, ia bekerja sama dengan Dr M Kunter yang merupakan pakar arachnida asal Slovenia dan Dr Jeremy Miller dari Naturalis Museum, Leiden, Belanda.

Hasil studi mengonfirmasi bahwa spesies laba-laba yang ditemukan benar merupakan spesies baru. Dalam waktu dekat, bersama Miller, Cahyo akan memublikasikan hasil penelitiannya di salah satu jurnal internasional.

Dalam pernyataan yang dikirimkan ke Kompas.com, Rabu (26/10/2011), Cahyo mengatakan, laba-laba gua yang ditemukan termasuk dalam famili Ctenidae dan masuk dalam marga Amauropelma. Penempatan dalam marga tersebut, menurut Cahyo, sebenarnya belum pasti tepat. Namun hingga saat ini, marga itulah yang paling cocok.

Cahyo menjelaskan, Amauropelma merupakan salah satu marga dari famili Ctenidae yang sebaran utamanya ada di Australia. Temuan di Jawa merupakan catatan baru. “Temuan ini membuktikan, gua-gua di karst Jawa merupakan gudangnya jenis baru yang masih memerlukan waktu untuk dieksplorasi dan diungkap kekayaannya,” tutur Cahyo.

“Banyak temuan menarik yang saya temukan selama menyusuri gua-gua dari Banteng hingga Tuban, bahkan sampai Pulau Madura,” tambah ilmuwan LIPI yang telah menemukan beragam spesies baru tersebut.

Kini, habitat karst terancam oleh pembukaan pabrik semen baru di beberapa kawasan yang secara otomatis akan mengancam spesies-spesies yang ada. Menurut Cahyo, perlu pengelolaan kawasan karst yang baik sehingga potensi biologi, hidrologi, atau lainnya yang tidak dapat dinilai dengan uang bisa dipertahankan.

Laba Laba Langka Ladybird Akan Dilepas Ke Alam Setelah Tinggal Hanya 56 Ekor Didunia


Laba-laba langka asal Inggris, yang juga dikenal dengan nama “laba-laba ladybird”, dikembalikan ke alamnya di Dorset, Inggris, pada Kamis (11/8/2011). Sebelumnya, laba-laba ini diperkirakan akan punah, namun penelitian terbaru mengatakan bahwa jumlah dari laba-laba ladybird mulai meningkat.

Sekitar 30 laba-laba telah dilepaskan oleh Royal Society for the Protection of Birds (RSPB) ke daerah yang kaya akan berbagai spesies. Laba-laba diletakkan dalam botol plastik kosong berisi lumut sebagai sarang sementara mereka di alam bebas.

“Mengenalkan spesies langka ke alamnya sangat menyenangkan, kami berharap spesies ini akan berkembang di kemudian hari,” kata Toby Branston dari RSP.

Menurut data RSPB, pada tahun 1994, hanya tersisa satu koloni yang ada di Inggris-jumlahnya 56 laba-laba. Namun, populasi laba-laba dengan ciri warna merah dan hitam yang cerah ini, telah meningkat beberapa tahun setelahnya. Populasinya sekarang mencapai sekitar 1.000.

Walaupun jumlahnya mencapai 1000, di Dorset sendiri hanya sedikit yang tersisa, karena itu pelepasan 30 laba-laba ini diharapkan dapat memperbanyak populasinya