Monthly Archives: Januari 2011

Cacing Nipah Naga Sepanjang 2,5 Meter Ditemukan Di Tanjung Api-api Banyuasin


Cacing Naga Nipah Sepanjang 2,5 Meter

Cacing Naga Nipah Sepanjang 2,5 Meter

Warga di kawasan Tanjung Api-api, Banyuasin, Sumatera Selatan, dihebohkan dengan penemuan cacing nipah sepanjang 2,5 meter. Uniknya lagi, cacing itu punya dua taring besar di kepala.

Karena bentuknya yang unik, warga sekitar menyebut hewan melata itu sebagai cacing naga. Badan cacing naga seukuran jari warna merah ini, sedikit mirip lipan yang punya banyak kaki di sepanjang bagian bawah tubuh. Namun, terlihat dan terasa lebih lunak khas hewan mollusca.

Cacing ini ditemukan oleh Timan. War (26), putra Timan, mengatakan, cacing tersebut ditangkap dengan menggunakan besi yang dibentuk seperti garpu. “Saya tidak ikut karena takut,” kata War, Kamis (27/1/2011).

Timan yang sehari-hari bekerja sebagai pencari cacing tak menyangka mendapat cacing naga sepanjang 2,5 meter.

Rosinta, mahasiswi pascasarjana Universitas Sriwijaya, Palembang yang sedang melakukan survei untuk thesis kajian lingkungan di pelabuhan fery/kargo Tanjung Api-api kaget melihat cacing ini. “Saya baru lihat ada cacing panjang seperti itu,” kata Rosinta.

Danau Gippsland Di Australia Mengeluarkan Cahaya Biru Bila Dipukul


Danau Bercahaya Biru

Danau Bercahaya Biru

Teknisi dan juru foto khusus langit, Phil Hart, 34 tahun, menjepret serangkaian foto unik cahaya biru yang muncul dari mikroorganisme bernama Noctiluca scintillan di Danau Gippsland, Australia. Reaksi kimia di dalam mikroorganisme tersebut memicu cahaya ketika mikroorganisme itu diganggu dengan sebuah pergerakan.

“Berada di sana menyaksikan biopendar adalah sesuatu yang menakjubkan. Kejadian seperti itu sangat jarang terjadi,” ujar Hart.

Menurut pria asal Hawthorn tersebut, foto-foto yang mirip ‘api dan banjir’ itu diambil pada musim panas 2008-2009 di Danau Gippsland, Victoria, Australia.

Hart mengatakan proses terciptanya kondisi seperti dalam foto tersebut bisa memakan waktu berbulan-bulan. Proses itu dimulai dengan kebakaran semak-semak pada Desember 2006.

Berbulan-bulan setelah kebakaran tersebut, lokasi tersebut bertebar abu yang kaya nitrogen. Lalu datanglah hujan. Hujan yang mengguyur Gippsland pada Juni 2007 membuat Danau Gippsland terbilas nitrogen dan zat kimiawi lainnya. Setelah itu, pada musim panas, mikroorganisme bernama Noctilucca scintillans muncul.

“Itu membutuhkan serangkaian kejadian yang sangat panjang,” ujar Hart. “Tingkat keindahan tersebut butuh kandungan zat kimia yang sangat serius bukan hanya musim panas biasa dan sedikit hujan. Ada sesuatu yang lebih.”

Menurut Hart, hujan yang belakangan mengguyur Danau Gippsland tidak menjamin kondisi seperti di dalam foto-foto jepretannya. “Ada beberapa biopendar di danau itu saat ini. Tetapi tidak seperti saat saya mengambil foto tersebut,” ujar Hart.

Obat Herbal Jamu Perlu Di Standarisasi


Indonesia seharusnya memiliki standardisasi komposisi kandungan bahan alam yang digunakan sebagai bahan baku obat herbal. Aturan itu bisa dibuat dalam bentuk undang-undang sehingga obat herbal benar-benar terstandar dan terjamin keamanannya.

Ketua Program Studi Herbal Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Indonesia (UI) AB Mun’im mengungkapkan hal itu saat berkunjung ke pabrik jamu Sido Muncul di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (24/1).

Rombongan 44 mahasiswa program Magister Herbal UI yang 26 orang di antaranya dokter tersebut juga berkunjung ke pabrik jamu Borobudur di Semarang.

Menurut Mun’im, selama ini industri jamu membuat standardisasi versi mereka masing-masing tanpa ada acuan yang jelas. Padahal, di negara lain, hal tersebut diatur dalam undang-undang sehingga payung hukumnya jelas.

”Sistemnya belum mendukung. Selama ini acuan yang dipakai masih sebatas pengalaman, belum teruji secara ilmiah. Dalam kemasan obat herbal, kandungannya tercantum, tetapi komposisinya belum,” ujarnya.

Padahal, komposisi kandungan bahan baku penting diketahui. Sebab, ada beberapa tanaman mengandung racun yang, jika melebihi batas toleransi, dapat membahayakan.

”Ada beberapa bahan yang sudah beracun, seperti pirolidin alkaloid yang terkandung dalam polong-polongan atau atropa yang terkandung dalam terung-terungan,” tutur Mun’im yang juga Ketua Pusat Studi Bahan Alam Universitas Indonesia.

Direktur Utama PT Sido Muncul Irwan Hidayat mengakui belum ada standardisasi yang dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat obat herbal atau jamu. Selama ini, Sido Muncul membuat standardisasi berdasarkan hasil penelitian mandiri. Standar komposisi bahan pun berubah-ubah seiring berkembangnya ilmu pengetahuan

Minyak Goreng Fortifikasi Vitamin A Untuk Atasi Kurang Gizi


Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan hari ini akan meluncurkan program fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A guna menurunkan jumlah orang, terutama anak, yang kekurangan vitamin A subklinis.

Diskusi soal fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A berlangsung di Jakarta, Senin (24/1), dan diadakan oleh Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI) yang diketuai Prof Dr Soekirman, untuk memperingati Hari Gizi Nasional.

Saat ini di Indonesia separuh dari anak balita, atau lebih dari 9 juta anak, dan lebih dari 1 juta perempuan usia subur mengalami kekurangan vitamin A (KVA) subklinis—tak menunjukkan gejala secara fisik. Namun, KVA menyebabkan mudah terkena infeksi, seperti batuk, pilek, diare, dan campak, sehingga berkorelasi positif dengan kematian bayi.

Menurut Dr Drajat Martianto dari Departemen Gizi Masyarakat IPB dan KFI, sejumlah kajian memperlihatkan, meski prevalensi menurun, KVA cenderung meningkat apabila ada krisis ekonomi. Hal ini karena sumber vitamin A alami, seperti susu, daging sapi, ikan, dan minyak ikan, harganya mahal. Adapun konsumsi sumber provitamin A, seperti sayuran dan buah, rendah. ”Tujuan fortifikasi ini bukan mendorong konsumsi banyak-banyak vitamin A, tetapi menurunkan kekurangan vitamin A,” ujar Drajat.

Pilihan pada minyak goreng sebagai pembawa vitamin A melalui perjalanan panjang. Soekirman mengatakan, pangan berhubungan dengan budaya dan selera. Minyak goreng yang mengandung provitamin A sehingga berwarna merah pernah dia coba sosialisasikan pada 1960-an, tetapi tak berhasil karena membuat warna makanan jadi merah. Beberapa tahun lalu, sebuah perusahaan swasta gagal memasarkan minyak goreng sawit dengan provitamin A tinggi. Selain warna makanan jadi merah, rasa makanan juga getir. Fortifikasi tak akan membuat penumpukan berlebihan di tubuh karena dosisnya sudah dihitung hati-hati.

Menurut Drajat, vitamin A bersifat stabil sehingga tahan panas hingga 160 derajat celsius, seperti saat menggoreng dan penggorengan hingga tiga kali masih menyisakan 60 persen vitamin A. Kelemahannya, tak tahan sinar ultraungu matahari sehingga penyimpanan harus baik. Selain itu, vitamin A masih impor. Namun, dengan 3,5 juta ton konsumsi minyak goreng dalam negeri dan kebutuhan 1 kg vitamin A per 16 ton minyak goreng, diharapkan industri vitamin A dalam negeri akan tumbuh. Titik lemah lain, 70 persen minyak goreng berbentuk curah, diproduksi banyak industri sehingga pengawasannya relatif sulit. SNI diharapkan mulai berlaku tahun depan dan Badan POM akan mengawasi kualitas vitamin A yang digunakan

Jejak UFO Crop Circle Muncul Di Persawahan Sleman Yogyakarta


Jejak UFO Di Areal Persawahan Yogyakarta

Jejak UFO Di Areal Persawahan Yogyakarta

Ditemukannya pola lingkaran raksasa di areal persawahan wilayah Berbah, Sleman, Yogyakarta, Minggu (23/1/2011), menarik perhatian para pemerhati fenomena unidentified flying object (UFO). Jejak semacam itu selama ini sering disebut crop circle yang dikait-kaitkan dengan perbuatan makhluk asing atau alien.

Crop circle selama ini sering ditemui di berbagai negara. Laporan-laporan mencengangkan sering disampaikan dari daerah Amerika Latin. Ukurannya bisa sangat besar mencapai puluhan hingga ratusan meter.

“Dengan ukurannya yang sangat besar sulit dibilang kalau bentuk-bentuk raksasa semacam itu dibuat manusia. Jadi bisa diambil kesimpulan, ada makhluk lain yang membuatnya,” kata Dudi Sudibyo, pengamat penerbangan yang juga pemerhati UFO, saat dihubungi Kompas.com, Minggu malam.

Meski demikian, ia tak memungkiri bahwa crop circle bisa jadi juga dibuat manusia. Apalagi, yang di Yogyakarta ukurannya tidak sebesar crop circle di Amerika Latin yang ukurannya mencapai puluhan hingga ratusan meter.

“Pendekatan ilmiah tetap harus dikedepankan. Saya kira masyarakat tak bisa mengabaikannya begitu saja. Perlu diteliti lebih lanjut,” kata Dudi.

Ia mengatakan, pihak-pihak yang tertarik meneliti sebaiknya segera mendokumentasikannya seperti mengambil gambar secara rinci, mengukur dimensinya, termasuk menginvestigasi bagaimana crop circle itu dapat muncul di lokasi tersebut.

Crop Circle Adisucipto Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,

Crop Circle Adisucipto Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,

Ada sejumlah ahli yang sebelumnya telah mencoba merekonstruksi pembuatan crop circle tersebut. Menurutnya, hal itu memang bukan hal mustahil meskipun harus dengan perhitungan matematika yang cermat.

Namun, sampai sekarang crop circle yang pernah ditemukan tetap saja menjadi misteri karena tak ada yang mengaku membuatnya. Nah, bagaimana dengan crop circle di Yogyakarta, akankah tetap menjadi misteri?

Karena ukurannya cukup besar, pola aneh di areal persawahan Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, baru bisa disaksikan dengan utuh dari puncak bukit di dekatnya yang disebut warga Gunung Suru. Bukit ini terletak di utara areal persawahan tempat ditemukannya pola teratur yang biasa disebut crop circle.

Belum diukur pasti ukuran pola berbentuk lingkaran dan garis-garis memanjang itu. Namun, dilihat sekilas bisa mencapai puluhan meter. Sejak Minggu (23/1/2011) pagi, puluhan warga menaiki bukit itu untuk melihatnya. Meski hujan turun dan jalan ke puncak bukit sangat licin, tidak membuat antusiasme warga untuk melihat fenomena ini menurun.

“Apakah ada UFO mendarat di sini? Saya tidak tahu pasti. Yang jelas ini adalah kebesaran Allah. Mungkin Allah memperingatkan manusia untuk menjaga alamnya,” kata Syamsul Bahri (37). Lelaki itu adalah warga Beloran, Madurejo, Prambanan, Sleman, dan datang hanya untuk melihat fenomena itu dari puncak Gunung Suru.

Pola geometris yang tiba-tiba muncul di areal persawahan Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, memang mengundang berbagai tafsiran. Jauhari (34), warga Kebondalem, Madurejo, Prambanan, Sleman, mengaitkannya dengan fenomena unidentified flying object (UFO).

UFO memang kerap dihubungkan dengan munculnya pola geometris di sejumlah negara. Entah benar atau tidak, Jauhari mengaku takjub menyaksikan peristiwa langka di persawahan yang terletak tak jauh dari Bandara Internasional Adisucipto ini.

Bumi Pada Tahun 2012 Akan Memiliki Matahari Kembar Dari Nebula Orion


Ini bukan kabar biasa. Sebentar lagi, bumi akan memiliki dua matahari, sebuah penggambaran yang sering dilihat di film Star Wars. Kabar menggemparkan, matahari baru akan segera muncul di langit.

Bintang superbesar warnah merah di nebula Orion, Betelgeuse, diprediksi akan mendekat dan supernova mencapai bumi sebelum tahun 2012. Bintang kedua terbesar di alam semesta ini diperkirakan kehilangan berat massa dan merupakan indikasi terjadinya gravitasi dan kolaps serta kehilangan daya dukung.

Saat itu terjadi, bumi akan memiliki dua matahari. Demikian disampaikan Dr Brad Carter, staf pengajar Fisika di Universitas Southern Queensland.

“Bintang tua ini sudah kehilangan banyak bahan bakar di bagian inti,” jelas Carter. Menurutnya, bahan bakar inilah yang membuat Betelgeuse tetap bersinar dan bertahan. Namun, saat sudah kehilangan daya penunjang, bintang ini akan jatuh. Ketika ledakan hebat terjadi maka cahayanya 10 juta kali lebih terang dari matahari.

Kabar buruknya, ledakan ini bisa terjadi jutaan tahun mendatang. “Ini adalah akhir dari sejarah bintang itu dan pada malam hari akan seperti siang hari di bumi,” jelas Carter. Menurutnya, ketika terjadi ledakan akan menghasilkan cahaya yang luar biasa selama beberapa pekan hingga beberapa bulan sebelum akhirnya meredup dan tak bisa dilihat lagi.

Siswi SMA Kediri Temukan Rahasia Membuat Susu dari Ketela


Melalui serangkaian uji coba, tiga siswi SMAN 2 Kota Kediri ini berhasil menemukan minuman susu sari ketela dan beras ketela. Makanan dan minuman yang terbuat dari bahan dasar ketela pohon itu membuka peluang bisnis baru.

Susu sari ketela memang masih terasa asing di telinga masyarakat. Sampai sekarang masih memang belum ada yang membuat susu dari bahan dasar ketela pohon.

Tiga cewek berprestasi itu masing-masing Mayang Anglingsari Putri, Anis Suraida Safitri, dan Nurahida Laili saat ini tercatat sebagai siswi kelas XII IPA 5. Hasil karya mereka berhasil memenangkan juara I lomba Bisnis Plan Tingkat SMA yang digelar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) pada awal Desember 2010 lalu.

Ide dasar membuat susu dan beras sari ketela bermula keinginan ketiga pelajar itu untuk mengikuti lomba di FEUI. Setelah berdiskusi, ketiganya kemudian menciptakan minuman susu dan beras dari bahan ketela. “Kalau minuman susu sari kedelai sudah banyak dibuat masyarakat. Sedangkan susu sari ketela belum ada yang membuat,” ungkap Anis.

Ketiga cewek itu kemudian patungan melakukan serangkaian uji coba untuk mewujudkan obsesinya. Pada uji coba pertama ternyata menemui kegagalan. Namun, pada uji coba kedua sudah mulai ada tanda-tanda keberhasilan. “Kami gagal karena tidak sabar. Masalahnya, untuk membuat susu harus ada proses pengendapan yang butuh waktu paling cepat sekitar 30 menit,” jelasnya.

Setelah upayanya berhasil, ketiga pelajar itu juga harus berkonsultasi dengan guru biologi dan kimia untuk menyempurnakan hasil temuannya. Konsultasi dengan guru kimia terkait dengan upaya pengawetan susu sari ketela supaya lebih tahan lama.

Dari hasil konsultasi, akhirnya dipilih tidak perlu diberi campuran bahan pengawet makanan. Apalagi susu hasil ciptaannya ternyata dapat bertahan selama dua hari.

“Kalau ada pengawetnya nanti ada campuran bahan kimianya,” ungkapnya.

Ikan Hiu Terbukti Buta Warna


Hiu ternyata buta warna. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan hasil studi yang dipublikasikan para ilmuwan di jurnal Naturwissenschaften Selasa kemarin (18/1/2011).

Untuk mendapatkan kesimpulan itu, peneliti melakukan observasi pada mata hiu dengan menggunakan teknik micro-spektofotometri. Mereka mengamati sel-sel penyusun retina mata pada 17 spesies hiu yang ditangkap di wilayah Queensland dan Australia Barat.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa 10 dari 17 spesies hiu tidak memiliki sel berbentuk kerucut, sel yang berperan dalam membedakan warna. Sementara, 7 spesies lain hanya punya 1 jenis sel kerucut, yakni jenis yang peka pada warna hijau (panjang gelombang 530 nanometer).

Para ilmuwan menemukan, kebanyakan spesies hiu hanya memiliki sel berbentuk batang. Sel tersebut sangat sensitif terhadap cahaya, mampu membedakan kontras dan memungkinkan pengelihatan warna. Namun, sel itu tidak mampu membedakan warna.

“Hasil studi kami menunjukkan, dibandingkan dengan warna, kontras dengan latar mungkin jauh lebih penting bagi hiu untuk mengidentifikasi objek,” kata Nathan Scott Hart, pemimpin proyek penelitian ini yang berasal dari University of Western Australia.

Dalam wawancaranya dengan AFP kemarin, ia mengungkapkan, “Pengetahuan ini bisa membantu kita untuk merancang alat pancing, peralatan surfing dan pakaian renang yang kurang atraktif di mata hiu.” Hal itu bisa mencegah kemungkinan manusia untuk dimangsa oleh si predator laut ini.

Kemampuan membedakan warna memang relatif tidak penting bagi hewan laut. Di kedalaman lautan, warna akan memudar dan menghilang. Sebelumnya, peneliti lain juga menemukan bahwa lumba-lumba, anjing laut dan paus juga hanya memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau.

NASA Meluncurkan Misi Mencari Fosil Di Planet Mars


Setelah empat dekade berjalan, kini misi Mars memasuki babak baru. Eksplorasi yang semula banyak berkutat pada pencarian air, kini meluas pada upaya mencari tanda-tanda kehidupan di planet merah itu.

“Kami akan memasuki transisi dari misi mencari air menjadi misi mencari tanda kehidupan,” kata Doug McCuistion, direktur Program Eksplorasi Mars NASA pada diskusi panel di National Air and Space Museum di Washington minggu lalu.

Babak baru eksplorasi Mars itu dimulai seiring dengan peluncuran pesawat antariksa NASA, Curiosity. Pesawat antariksa ini berbeda dengan Spirit dan Opportunity yang diluncurkan sebelumnya sebab ukurannya yang lebih kecil.

Namun demikian, bukan berarti pesawat ini kalah canggih. Curiosity akan bermuatan instrumen yang lebih kompleks. Di samping itu, pesawat antariksa ini juga akan dilengkapi dengan laboratorium kimia on board.

Curiosity juga akan dilengkapi “kamera kimia”. McCuistion mengatakan, alat tersebut bisa menembakkan laser pada batuan dan membuat plasma yang bisa dianalisanya sehingga bisa mengidentifikasi sampel.

Dalam misi pencarian tanda kehidupan itu, pencarian senyawa organik menjadi agenda penting yang dilakukan. Senyawa itu bisa menjadi petunjuk adanya atau pernah adanya kehidupan di Mars.

“Salah satu yang pertanyaan kunci yang kita ajukan adalah, dimana senyawa organik itu ada,” kata Jennifer Eigenbrode, ilmuwan dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Amerika Serikat.

Menjawabnya, peneliti mengungkapkan logika bahwa kehidupan yang mungkin pernah ada bisa meninggalkan senyawa organik. Sama seperti hewan yang meninggalkan fosil, mikroorganisme juga bisa meninggalkan jejak keberadaannya.

Eigenbrode mengatakan, “Dalam kondisi tertentu, senyawa organik (yang terbentuk atas ikatan karbon) bisa terawetkan. Ini disebut fosil molekuler.” Misalnya, terdapat dalam bentuk membran sel mikroorganisme yang terawetkan.

Curiosity rencananya akan dilengkapi dengan peralatan yang bisa mendeteksi fosil molekuler ini. Jadi, Curiosity bisa mengetahui bentuk kehidupan sekecil mikroorganisme yang ada di Mars.

Meski dilengkapi peralatan canggih, hambatan dalam studi tetap ada. Utamanya bukan dari segi peralatan yang kurang memadai, tetapi pada keterbatasan pengetahuan atau konsep yang dikuasai.

Salah satunya tentang senyawa organik. Jika nantinya benar ditemukan, senyawa ini tak lantas menjadi tanda ada kehidupan di Mars. Sebab, bisa saja senyawa itu berasal dari meterorit atau terbentuk lewat proses geologi Mars.

Kedua adalah pengertian tentang kehidupan. Misalnya, saat ini dipahami bahwa makhluk hidup selalu membutuhkan air. Tetapi, apakah memang benar demikian? Apakah tidak ada senyawa lain, semisal metana, yang bisa mendukung kehidupan?

Terkait dengan hal terakhir, European Space agency (ESA) dan NASA pada tahun 2016 akan bekerja sama melaksanakan misi ke Mars. Tujuannya adalah untuk mencari metana, menggali permukaan Mars untuk menemukan bentuk kehidupan yang mungkin ada

Ditemukan Planet Terpanas Yang Ternyata Lebih Panas Dari Matahari


Astronom yang terlibat dalam proyek Super Wide Angle Search for Planets (SuperWASP) telah menemukan planet terpanas bernama WASP-33b. Suhu planet tersebut lebih panas dari suhu beberapa bintang.

Keberadaan planet itu telah diduga sejak tahun 2006 lalu namun baru dikonfirmasi tahun 2010 kemarin. Diketahui, planet tersebut tergolong dalam jenis planet gas dengan massa kurang dari 4,5 kali massa Jupiter.

Berdasarkan observasi dengan William Herschel Telescope, suhu WASP-33b mencapai 3200 derajat Celsius. Suhu itu lebih panas daripada bintang katai merah yang bersuhu 700 derajat Celsius dan WASP-12b yang suhunya 2300 derajat Celsius.

Salah satu penyebab panasnya suhu planet itu adalah suhu bintang induknya yang juga panas. Astronom mengatakan, suhu bintang induk planet itu adalah 7160 derajat Celsius, lebih tinggi dari suhu matahari yang hanya 5600 derajat Celsius.

Sementara, sebab lain adalah kedekatan jarak orbit WASP-33b dengan bintang induknya. Dengan jarak hanya 7 persen dari jarak Merkurius-Matahari, planet ini seakan menjadi “ketularan” panas bintang induknya.

Studi tentang planet ini dipimpin oleh Alexis Smith dari Universitas Keele di Stafordshire, Inggris. Lewat studi ini, astronom juga mengetahui bahwa waktu revolusi planet ini sangat singkat, hanya 29,5 jam.

Drake Demming dari Goddard Space Flight Center NASA di Greenbelt, Maryland yang tidak terlibat penelitian ini mengatakan, “WASP-33b bisa membantu astronom menelaah planet panas yang karakteristisknya masih misteri.”

Hal yang bisa dipelajari misalnya adanya planet berorbit dekat dengan bintangnya yang memiliki lapisan atmosfer luar lebih dingin dari lapisan dalamnya. Ini mengejutkan karena planet tersebut “dipanaskan” dari luar.

Deming mengatakan, fakta itu bisa berkaitan dengan adanya senyawa berbasis karbon yang mengubah cara atmosfer merespon radiasi. Senyawa kimia tertentu bisa terbentuk akibat sinar ultraviolet dari bintang.

“Ini pastinya akan menjadi planet yang ingin Anda lihat. Ini adalah kesempatan yang sangat langka untuk bisa mempelajari planet yang mengorbit pada bintang yang super panas,” pungkas Deming dalam interview-nya dengan New Scientist.