Monthly Archives: Maret 2022

Exxon Mobile Penyumbang Sampah Mikroplastik Terbesar Di Dunia


Sebuah laporan terbaru menunjukkan, sejumlah perusahaan besar dan bank berada di belakang produksi dan pembiayaan sebagian besar plastik sekali pakai di dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Minderoo, organisasi nirlaba asal Australia yang mengadvokasi lautan yang lebih bersih, bersama dengan para akademisi di University of Oxford dan Stockholm Environment Institute ini mengungkapkan ada 130 juta ton sampah plastik dihasilkan dalam setahun. Laporan ini memberikan petunjuk baru tentang siapa yang berkontribusi paling besar memproduksi semua plastik sekali pakai ini, dan siapa yang menghasilkan uang darinya.

Para produsen plastik
Menurut laporan tersebut, seperti dikutip dari New York Times, setengah dari plastik sekali pakai di dunia dibuat oleh 20 perusahaan besar. Dua perusahaan AS, Exxon Mobil dan Dow, memimpin dalam hal ini, diikuti oleh raksasa petrokimia milik China Sinopec, dan Indorama Ventures yang berbasis di Bangkok.

Plastik sekali pakai telah menjadi bisnis yang sangat menggiurkan. Bisnis ini diproyeksikan akan terus berlanjut. Dalam lima tahun ke depan saja, kapasitas produksi diperkirakan tumbuh 30%.

Para investor
Minderoo juga menyebutkan beberapa nama terkenal di bidang keuangan sebagai pihak yang terlibat berinvestasi dalam pembuatan plastik sekali pakai. Nama-nama tersebut antara lain perusahaan yang mengendalikan reksa dana dan rekening tabungan pensiun, termasuk Vanguard dan BlackRock, dan produksinya dibiayai oleh bank-bank terbesar di dunia, termasuk Barclays dan JPMorgan Chase.

Dibantah
Menanggapi penelitian ini, American Chemistry Council mewakili industri plastik, menyebut laporan Minderoo menyesatkan. American Chemistry Council mengatakan Minderoo gagal mengakui penelitian industri yang menunjukkan bahwa mengganti kemasan plastik dengan bahan lain dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca.

Lembaga tersebut balik menuding dengan menyoroti posisi Minderoo Foundation yang didanai oleh saham pendirinya di sebuah perusahaan yang menambang bijih besi. Dikatakan American Chemistry, industri pertambangan lebih parah menuai kritik karena dampaknya terhadap lingkungan.

Pemerintah juga merupakan pemangku kepentingan besar dalam industri ini. Sekitar 40% pembuat plastik sekali pakai terbesar sebagian dimiliki oleh pemerintah, termasuk China dan Arab Saudi.

Sementara itu, Exxon Mobil menanggapinya dengan mengatakan bahwa berbagi kepedulian tentang sampah plastik adalah hal penting. Mereka setuju bahwa sampah plastik harus ditangani.

“Kami meningkatkan keefektifan daur ulang dan mendukung perbaikan dalam pemulihan sampah plastik,” ujarnya. Banyak solusi lama yang diusulkan untuk masalah plastik tidak berhasil dengan baik. Hanya sekitar 8% plastik yang didaur ulang di Amerika Serikat, dan upaya advokasi untuk membujuk konsumen agar menggunakan lebih sedikit plastik tampaknya gagal.

Sampah Mikroplastik Sudah Cemari Darah Manusia


Pencemaran plastik sudah demikian parahnya, hingga meracuni tubuh. Untuk pertama kalinya, ditemukan mikroplastik mengalir di pembuluh darah manusia. Dalam jurnal Environment International, ilmuwan dari Vrije Universiteit Amsterdam mengembangkan metode untuk mengukur konsentrasi mikroplastik dalam darah manusia secara akurat untuk pertama kalinya.

Seperti yang mereka duga, penelitian ini menunjukkan bahwa mikroplastik yang mencemari darat, laut, dan udara, berakhir di aliran darah manusia. Tim menguji darah 22 orang untuk lima jenis plastik yang umum digunakan, dan menemukan bahwa 17 sampel (77%) mengandung sejumlah kecil mikroplastik.

Polietilen tereftalat (PET), polietilen, dan polimer stirena adalah jenis plastik yang paling umum ditemukan dalam sampel darah, diikuti oleh polimetil metakrilat. Ini adalah jenis plastik yang kita temukan di mana-mana, mulai dari botol minuman dan tas belanja hingga kemasan makanan dan peralatan makan sekali pakai. Dikutip dari IFL Science, jumlah plastik dalam aliran darah sangat kecil, sebanding dengan satu sendok teh plastik dalam 1.000 liter darah. Tetapi itu cukup untuk menimbulkan kekhawatiran bahwa bahan tersebut akan berdampak pada kesehatan kita.

“Kami sekarang telah membuktikan bahwa aliran darah kita, sungai kehidupan kita, memiliki plastik di dalamnya,” kata Marja Lamoree, penulis studi dan ahli ekotoksikologi dari Vrije Universiteit Amsterdam.

“Data ini adalah yang pertama dari jenisnya dan harus diperluas untuk mendapatkan wawasan tentang seberapa luas polusi plastik di tubuh manusia, dan seberapa berbahayanya itu. Dengan wawasan ini, kami dapat menentukan apakah paparan partikel plastik menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat,” sebutnya. Mengomentari penelitian tersebut, para ilmuwan independen yang bekerja di lapangan telah memuji pekerjaan tersebut. Mereka mengatakan penelitian tersebut sangat menarik dan “kuat”, meskipun ukuran sampelnya kecil.

Tubuh manusia nyatanya memang penuh dengan mikroplastik. Penelitian pada tahun 2020 menunjukkan bahwa mikroplastik dan nanoplastik dapat ditemukan di organ dan jauh di dalam jaringan manusia. Bahan ini juga produktif di kotoran kita. Efek mikroplastik pada kesehatan manusia tidak sepenuhnya dipahami oleh sains dan bukti yang lebih luas tentang toksisitas mikroplastik dalam makanan manusia juga cukup sedikit.

Organisasi Kesehatan Dunia WHO saat ini mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan masalah kesehatan manusia yang disebabkan mikroplastik dalam air minum, meskipun mereka mencatat hal ini didasarkan pada terbatasnya informasi yang tersedia saat ini. Namun, dengan semakin banyaknya penelitian yang menemukan bahwa mikroplastik dapat ditemukan di setiap sudut dan celah tubuh kita, ini adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang jelas sesegera mungkin.

Ketika terdegradasi, bahan plastik akan pecah menjadi potongan-potongan super kecil. Mikroplastik ini tanpa kita sadari ada di air, udara, dan tanah sehingga mengkontaminasi tubuh manusia termasuk bayi.
Dalam sebuah studi, peneliti memilah-milah popok kotor bayi dan menemukan rata-rata 36.000 nanogram polietilen tereftalat (PET), bahan mikroplastik, per gram kotoran. Angka ini 10 kali jumlah yang mereka temukan di kotoran orang dewasa.

Peneliti bahkan menemukan PET ada di kotoran pertama bayi yang baru lahir. Untuk diketahui, PET adalah polimer yang sangat umum yang dikenal sebagai poliester yang digunakan untuk bahan pakaian hingga botol plastik. Temuan ini muncul setahun setelah tim peneliti lain memperkirakan bahwa menyeduh susu formula panas dalam botol plastik sangat besar kemungkinan melarutkan bahan tersebut. Ini membuat bayi terkontaminasi beberapa juta mikroplastik per hari, dan mungkin hampir satu miliar partikel per tahun.

Dikutip dari Wired, para ilmuwan berpikir bahwa dalam beberapa hal, bayi terkena lebih banyak paparan. Selain minum dari botol, bayi bisa menelan mikroplastik dengan berbagai cara. Misalnya, mereka memiliki kebiasaan memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya, termasuk semua jenis mainan plastik, juga menggigit kain.

Selain itu, paparan juga didapat dari makanan bayi yang dibungkus plastik sekali pakai, minum dan makan gelas dan piring plastik, karpet tempat mereka merangkak sering kali terbuat dari poliester, bahkan lantai kayu keras dilapisi polimer yang melepaskan mikroplastik. Semua ini dapat menghasilkan partikel kecil yang terhirup atau tertelan oleh anak-anak.

Debu dalam ruangan juga muncul sebagai rute utama paparan mikroplastik, terutama untuk bayi. Beberapa penelitian udara di dalam ruangan telah menunjukkan bahwa setiap hari, di sebuah rumah tangga biasa, ada 10.000 serat mikro mungkin mendarat di satu meter persegi tanah atau lantai, setelah terlepas dari pakaian, sofa, dan seprai. Bayi menghabiskan banyak waktu mereka merangkak melalui barang-barang, mengaduk-aduk serat yang mengendap dan menendangnya ke udara.

“Sayangnya, dengan gaya hidup modern, bayi terpapar pada begitu banyak hal berbeda yang kita tidak tahu efek apa yang dapat mereka timbulkan di kemudian hari,” kata Kurunthachalam Kannan, ilmuwan kesehatan lingkungan di New York University School of Medicine dan rekan penulis yang muncul di jurnal Environmental Science and Technology Letters.

Para peneliti melakukan penghitungan dengan mengumpulkan popok kotor dari enam anak berusia 1 tahun dan mengalirkan kotoran melalui filter untuk mengumpulkan mikroplastik. Mereka melakukan hal yang sama dengan tiga sampel mekonium-tinja pertama bayi baru lahir-dan sampel tinja dari 10 orang dewasa.

Selain menganalisis sampel untuk PET, mereka juga mencari plastik polikarbonat, yang digunakan sebagai alternatif ringan untuk kaca, misalnya pada lensa kacamata. Untuk memastikan bahwa mereka hanya menghitung mikroplastik yang berasal dari usus bayi, dan bukan dari popok mereka, mereka mengesampingkan bahan plastik yang berasal dari popok yaitu polipropilen, polimer yang berbeda dari polikarbonat dan PET.

Hasilnya menyebutkan, konsentrasi PET 10 kali lebih tinggi pada bayi dibandingkan pada orang dewasa, sementara tingkat polikarbonat lebih merata di antara kedua kelompok. Para peneliti menemukan jumlah yang lebih kecil dari kedua polimer dalam mekonium, menunjukkan bahwa bayi dilahirkan dengan plastik yang sudah ada di sistem tubuh mereka. Ini memperkuat penelitian sebelumnya yang telah menemukan mikroplastik di plasenta dan mekonium manusia.

Para ilmuwan mencari tahu dampak paparan mikroplastik pada tubuh manusia, terutama bayi. Berbagai jenis plastik dapat mengandung setidaknya 10.000 bahan kimia yang berbeda, seperempat di antaranya menjadi perhatian orang, menurut sebuah penelitian terbaru dari para peneliti di ETH Zürich di Swiss.

Aditif ini melayani semua jenis tujuan pembuatan plastik, seperti memberikan fleksibilitas, kekuatan ekstra, atau perlindungan dari paparan UV. Mikroplastik mungkin mengandung logam berat seperti timbal, tetapi mereka juga cenderung mengakumulasi logam berat dan polutan lainnya saat jatuh ke lingkungan sekitar. Mikroplastik juga dengan mudah menumbuhkan mikroba virus, bakteri, dan jamur, yang banyak di antaranya adalah patogen manusia.

Yang menjadi perhatian khusus adalah kelas bahan kimia yang disebut bahan kimia pengganggu endokrin, atau EDC, yang mengganggu hormon dan telah dikaitkan dengan masalah reproduksi, neurologis, dan metabolisme, misalnya peningkatan obesitas. Bahan plastik terkenal bisphenol A, atau BPA, adalah salah satu EDC yang telah dikaitkan dengan berbagai jenis kanker.

“Kita harus khawatir karena EDC dalam mikroplastik telah terbukti terkait dengan beberapa hasil yang merugikan dalam penelitian pada manusia dan hewan. Beberapa mikroplastik mengandung bahan kimia yang dapat mengganggu fungsi normal sistem endokrin,” kata Jodi Flaws, ahli toksikologi reproduksi di University of Illinois di Urbana-Champaign, yang memimpin studi tahun 2020 tentang plastik.

Bayi sangat rentan terhadap EDC, karena perkembangan tubuh mereka bergantung pada sistem endokrin yang sehat. “Saya sangat percaya bahwa bahan kimia ini mempengaruhi tahap awal kehidupan. Itu adalah periode yang rentan,” sambungnya. Penelitian baru ini menambah semakin banyak bukti bahwa bayi sangat terpapar mikroplastik. “Ini adalah makalah yang sangat menarik dengan beberapa angka yang sangat mengkhawatirkan,” kata peneliti mikroplastik Universitas Strathclyde Deonie Allen, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. “Kita perlu melihat semua yang terpapar pada anak, bukan hanya botol dan mainan mereka,” sebutnya.

Karena bayi mengeluarkan mikroplastik di kotorannya, itu berarti usus bisa menyerap beberapa partikel, seperti menyerap nutrisi dari makanan. Ini dikenal sebagai translokasi: yaitu partikel yang sangat kecil mungkin melewati dinding usus dan berakhir di organ lain, termasuk otak. Para peneliti sebenarnya telah mendemonstrasikan hal ini pada ikan mas dengan memberi mereka partikel plastik, yang ditranslokasikan melalui usus dan menuju ke kepala, di mana mereka menyebabkan kerusakan otak yang bermanifestasi sebagai masalah perilaku. Ikan dengan partikel plastik di otak mereka, diketahui kurang aktif dan makan lebih lambat.

Tapi itu dilakukan dengan konsentrasi partikel yang sangat tinggi, dan dalam spesies yang sama sekali berbeda. Sementara para ilmuwan tahu bahwa EDC adalah kabar buruk. Mereka belum tahu berapa tingkat paparan mikroplastik yang diperlukan untuk menyebabkan masalah pada tubuh manusia. “Kami membutuhkan lebih banyak penelitian untuk mengkonfirmasi dosis dan jenis bahan kimia dalam mikroplastik yang mengarah pada hasil yang merugikan tubuh,” kata Flaws.

Sementara itu, peneliti mikroplastik mengatakan, kita bisa membatasi kontak anak-anak dengan partikel plastik, antara lain tidak menyiapkan susu formula dengan air panas dalam botol plastik, tetapi gunakan botol kaca dan pindahkan ke botol plastik setelah cairan mencapai suhu ruangan.

Selain itu, hindari pembungkus dan wadah plastik jika memungkinkan. Nyatanya, mikroplastik telah mencemari setiap aspek kehidupan kita. Jadi meskipun kita tidak akan pernah bisa menyingkirkannya, setidaknya kita dapat mengurangi paparan.

Kecanggihan Drone DJI Dalam Perang Rusia Ukraina


Rusia dan Ukraina sama-sama mengerahkan drone DJI dan teknologinya dalam peperangan. Jika Ukraina memanfaatkan drone DJI untuk mengintai militer Rusia, Rusia terutama menggunakan teknologi DJI yang disebut sebagai AeroScope. DJI sendiri adalah produsen drone komersial asal China yang sangat terkenal karena keandalannya. Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov menyebut bahwa DJI harus memblokir teknologinya yang dipakai Rusia. “Apakah Anda yakin ingin menjadi partner para pembunuh itu? Blokir produk Anda yang membantu Rusia membunuh para warga Ukraina,” tulisnya dalam surat ke DJI.

Jadi, apa itu DJI AeroScope? Awalnya, DJI meluncurkannya untuk keamanan publik. Jika ada drone yang tak bisa dikendalikan misalnya mendekati bandara atau stadion, penegak hukum bisa mengantisipasinya sejak dini. Seperti dikutip dari The Verge, Kamis (24/3/2022) setiap drone DJI memancarkan sinyal khusus yang tak hanya bisa menentukan posisi drone, melainkan juga pilotnya. Hal ini memudahkan jika polisi ingin mengawasi aktivitas drone DJI di suatu area.

Teknologi ini memang berisiko, bahkan di situasi biasa. Jika ada orang yang bisa mengakses AeroScope dan berniat jahat, mereka bisa mengganggu drone milik orang lain. Maka, DJI hanya menjual sistemnya ke lembaga tertentu. Namun DJI mungkin tak mengantisipasi jika Rusia memanfaatkannya dalam perang melawan Ukraina. AeroScope mungkin membuat militer Rusia mengetahui dengan persis lokasi pilot drone Ukraina dan bisa menggunakan informasi itu untuk melancarkan serangan.

Sejauh ini memang belum ada bukti valid Rusia memanfaatkan AeroScope, tapi pihak Ukraina sepertinya meyakininya. Buktinya, sang wakil perdana menteri sampai mengirimkan surat khusus meminta bantuan DJI agar menonaktifkan perangkat drone DJI beserta teknologinya yang digunakan oleh Rusia.

Perang antara Rusia dan Ukraina melibatkan beberapa drone tempur canggih dengan bom dahsyat. Namun rupanya tak hanya drone semacam itu yang dikerahkan, drone DJI mengambil peran tak kalah besar dalam pertempuran sengit ini. Drone DJI, perusahaan teknologi asal China, laris manis karena andal saat dioperasikan serta hasil rekamannya pun bagus. Namun dalam konflik Rusia dan Ukraina tersebut, drone DJI dipakai untuk kepentingan militer meskipun pihak DJI menegaskan produknya itu bukan untuk perang.

Biasanya, para pegiat drone di Ukraina akan menerbangkan perangkatnya untuk fotografi atau kegiatan lain seperti balapan. Namun sekarang, mereka bertaruh nyawa sebagai relawan yang memakai drone untuk mengintai tentara Rusia. “Kyiv membutuhkan kalian dan drone kalian di momen ini,” tulis sebuah postingan di Facebook baru-baru ini dari militer Ukraina kepada para warga Ukraina yang gemar main drone dan berpengalaman dalam mengoperasikannya.

Bahkan dalam sebuah video baru, tampak drone DJI di Ukraina dimanfaatkan untuk menjatuhkan granat yang menyasar militer Rusia. Namun di sisi lain, Rusia ternyata menggunakan produk serta teknologi DJI dengan lebih dahsyat lagi. Ukraina mengklaim Rusia telah memanfaatkan produk DJI untuk membantu mengarahkan rudal yang mengincar sasaran di Ukraina dan membunuh warga sipil. Tak hanya itu, Rusia disebut mengeksploitasi teknologi DJI yang disebut AeroScope.

DJI AeroScope itu dapat mendeteksi drone lain yang terbang sampai 50 kilometer. Kegunaannya sebenarnya adalah untuk mencegah terjadi tabrakan antar drone, namun pihak Rusia memanfaatkanya antara lain untuk mendeteksi drone Ukraina.

Seperti dikutip dari Associated Press, Rabu (23/3/2022) Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov pun merasa kesal. Ia meminta DJI memblokir teknologi maupun produk drone DJI agar tidak bisa digunakan oleh Rusia. Fedorov mengklaim, pihak Rusia dengan bantuan navgigasi dari produk DJI, telah menembakkan rudal yang membunuh ratusan warga sipil Ukraia, termasuk anak-anak. “Tentara Rusia telah memakai produk DJI untuk menavigasi rudal mereka. Blokir produk Anda yang telah membantu RUsia membunuh para warga Ukraina,” tulisnya di Twitter.

DJI dalam balasannya menyebut bahwa mereka tidak bisa menonaktifkan drone yang dipakai oleh para individu, namun dapat melakukan pembatasan software sehingga drone tidak bisa mendekati bandara atau area sensitif lainnya.

Namun hal itu tidak hanya akan menimpa drone milik Rusia, melainkan seluruh drone yang dioperasikan di Ukraina. Mengenai teknologi AeroSpace, pihak DJI menyebut tidak bisa menonaktifkannya. “Dear Wakil PM Fedorov, seluruh produk DJI didesain untuk dipakai warga sipil dan tidak memenuhi spesifikasi militer. Ssstem DJI AeroSpace diberikan pada seluruh drone baru. Fungsionalitas ini tidak bisa dimatikan,” sebut DJI.

Biasanya, para enthusiast drone di Ukraina akan menerbangkan perangkatnya untuk fotografi atau kegiatan lain seperti balapan. Namun sekarang, mereka bertaruh nyawa sebagai relawan yang memakai drone untuk mengintai tentara Rusia. “Kyiv membutuhkan kalian dan drone kalian di momen ini,” tulis sebuah postingan di Facebook baru-baru ini dari militer Ukraina kepada para warga Ukraina yang gemar main drone dan berpengalaman dalam mengoperasikannya.

Seperti di banyak negara, drone yang digemari di sana misalnya adalah DJI buatan perusahaan asal China. Seorang pebisnis di Kyiv bahkan membagikan 300 drone buatan DJI untuk mengintai Rusia. Yang lainnya berusaha mencari tambahan drone dengan meminta bantuan dari Polandia dan negara Eropa lainnya. “Mengapa kami melakukan hal ini? Tidak ada pilihan lain. Ini adalah Tanah Air kami, rumah kamu,” kata Denys Sushko, bos perusahaan drone Ukraina, DroneUA.

“Kami benar-benar menggunakan semua hal yang bisa membantu untuk melindungi negara kami dan drone adalah perangkat yang bagus untuk mendapat data real time. Setiap orang mengupayakan apa yang mereka bisa,” kata dia seperti dikutip dari Associated Press. Tentu drone komersial seperti DJI bukanlah drone untuk pertempuran seperti drone buatan Turki Bayraktar TB2 misalnya. Namun drone tersebut bisa menjadi perangkat mata-mata yang efektif, misalnya mengintai konvoi Rusia dan membagikannya ke tentara Ukraina. Sebagian drone dibekali pula dengan night vision dan sensor panas.

Namun memang ada beberapa kelemahannya. Misalnya drone DJI menyediakan tool yang bisa menentukan lokasi sebuah drone, khususnya jika yang mengoperasikannya kurang berpengalaman, dan tidak ada yang tahu apa yang dilakukan DJI dengan data itu. DJI tidak menjelaskan apakah drone mereka dapat dideteksi oleh pihak Rusia. Juru bicara DJI menyebut bahwa mereka tidak pernah mengira perangkatnya akan dimanfaatkan dalam situasi perang. “Risiko terhadap operator drone di Ukraina besar. Dengan menentukan lokasi operator bisa berujung pada tembakan rudal,” sebut pengamat keamanan drone dari Australia, Mike Monnik.

Ukraina kabarnya mendapat bantuan drone bunuh diri canggih dari Amerika Serikat untuk menghadapi Rusia, yaitu Switchblade. Namun rupanya, Rusia dilaporkan lebih dulu menyerang dengan drone sejenis.
Menteri Dalam Negeri Ukraina memajang drone KUB-BLA milik Rusia rusak di sebuah jalan. Tampaknya, drone itu berhasil ditembak jatuh oleh tentara Ukraina sebelum melancarkan aksinya. Seperti dikutip detikINET dari News.com.au, Selasa (22/3/2022) drone Rusia yang diperkenalkan pertama kali di tahun 2019 ini bentang sayapnya 1,2 meter dan diterbangkan dengan launcher portabel. Ia dapat terbang sampai 30 menit dengan top speed 130 km per jam.

Drone buatan perusahaan Rusia bernama ZALA Aero ini punya kecerdasan buatan untuk menentukan sasaran dan menghancurkannya. Ia akan menubrukkan diri ke target dan meledakkan bom seberat 3 kilogram. Perusahaan pembuatnya itu mengklaim drone ini punya sistem deteksi pintar dan dapat mengenali obyek secara real time. Pengoperasian drone semacam ini menimbulkan kekhawatiran akan makin bangkitnya senjata berbasis kecerdasan buatan yang bisa sangat berbahaya di masa mendatang.

“Kita akan melihat lebih banyak lagi senjata mematikan otonom semacam drone itu kecuali lebih banyak negara barat mulai melarangnya,” kata profesor Max Tegmark dari MIT. Dia sudah lama menentang dikembangkannya senjata otonom semacam itu. Namun demikian, menurut pakar teknologi militer Michael Horowitz, sebenarnya drone semacam itu belum sepenuhnya otonom dan masih memerlukan campur tangan manusia

“Perusahaan yang memproduksi drone itu membicarakan fitur otonomnya, namun seringkali masih melibatkan operator manusia untuk manuvernya dan memperbaiki jalurnya, bukan seperti yang dibayangkan oleh komunitas internasional,” kata dia.