Monthly Archives: Desember 2010

Sekeluarga Melihat 10 UFO Melintas Diatas Rumah Di Selandia Baru


Sebuah keluarga di Christchurch, New Zealand mengaku melihat konvoi Unidentified Flying Object (UFO) yang melintas di atas rumah mereka. Mereka yakin betul benda terbang yang melintas itu adalah UFO, mereka juga mengklaim memiliki foto-foto UFO tersebut.

Satu anggota keluarga tersebut, Jeannine Mander mengatakan konvoi UFO itu terdiri dari 10 piring terbang. “Sangat terang, warnanya oranye, cahayanya berkedip-kedip,” kata Mander seperti dikutip dari laman 3news.co.nz, Kamis (23/12). UFO ini, kata Mander, melintas Rabu lalu sekitar pukul 10 malam.

Mander bukan satu-satunya orang yang melihat konvoi UFO itu, dia bersama tetannga dan beberapa anggota keluarganya ikut menyaksikan UFO tersebut. “Aku memang percaya kita bukan satu-satunya mahluk hidup, ada sesuatu di luar angkasa sana,” katanya.

Militer Selandia Baru kemarin merilis ratusan laporan rahasia soal penampakan yang diklaim sebagai obyek terbang tak dikenal (UFO) dan perjumpaan dengan alien. Dokumen bertanggal 1954 hingga 2009 itu dirilis di bawah hukum keterbukaan informasi setelah Departemen Pertahanan Selandia Baru menghapus materi nama-nama dan identitas lainnya.

Dalam dokumen setebal 2.000 halaman, masyarakat, personel militer, dan pilot-pilot komersial mengaku berjumpa dengan makhluk luar angkasa, mayoritas melibatkan sinar-sinar yang bergerak di langit.

Satu yang paling komprehensif adalah dua sinar aneh di Kota Kaikoura di South Island pada 1978, yang ditangkap seorang kru televisi dalam pesawat di area itu. Insiden ini menjadi berita utama dunia, tapi laporan kontemporer Angkatan Udara menemukan hal itu bisa dijelaskan sebagai fenomena alam semacam cahaya dari kapal-kapal yang terpantul ke awan atau pemandangan tidak biasa dari planet Venus.

Menurut Mander apa yang dia lihat sangat mirip dengan apa yang direkam di Kaikoura pada 1978. Dia sangat yakin apa yang dia lihat adalah UFO.

Paguyuban Pengusaha China Indonesia Kerjasama Mengelola 270 Ribu Artefak Kuni Berumur 1000 Tahun Dengan Pemerintah


Pemerintah kemungkinan besar akan menempuh opsi kerja sama dengan paguyuban pengusaha China di Indonesia untuk mengelola 271.381 artefak berumur lebih dari 1.000 tahun. Artefak itu berasal dari muatan kapal yang tenggelam di perairan Cirebon, Jawa Barat.

Sekretaris Jenderal Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Muatan asal Kapal Tenggelam (BMKT) Sudirman Saad di Jakarta, Selasa (21/12), mengatakan, pemerintah menawarkan opsi lain pengelolaan BMKT asal Cirebon. Semula artefak itu akan dilelang untuk menutupi biaya operasional pengangkatan yang dilakukan pihak swasta. Namun, banyaknya tentangan dan tidak adanya peminat, meski sudah dilakukan lelang, mendorong pemerintah untuk mencari opsi lain.

”Opsi yang ditawarkan, pengelolaan barang bernilai tinggi itu akan dilakukan melalui kerja sama dengan paguyuban pengusaha Indonesia-China,” kata Sudirman.

Menurut rencana, pemerintah dan paguyuban pengusaha akan membangun museum di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk menyimpan BMKT asal Cirebon itu. Pembangunan direncanakan mulai dikaji serius tahun 2011.

”Saat ini sedang dilakukan negosiasi dan penghitungan investasi untuk pembangunan museum penyimpanan BMKT Cirebon,” tuturnya. Selain pembangunan museum di Tanah Air, sebagian BMKT Cirebon direncanakan akan dikelola oleh beberapa museum China.

Sudirman menambahkan, estimasi biaya pembangunan museum berkisar Rp 400 miliar, mencakup sistem perawatan, pengamanan, dan sumber daya manusia.

Dengan pola kerja sama pengelolaan yang ditawarkan itu, pemerintah kemungkinan tidak akan mendapatkan dana dari bagi hasil. Adapun investor pengangkatan BMKT Cirebon rencananya akan mendapat ganti rugi dengan besaran yang masih akan dikaji.

”Kami akan melakukan negosiasi dengan investor. Yang pasti, tidak boleh ada pihak yang dirugikan,” ujarnya.

Tanpa penjualan

Pelelangan BMKT berlangsung Mei-Oktober tanpa ada penjualan. Lelang pertama dilaksanakan 5 Mei 2010, lelang kedua 21 Juni 2010, sedangkan lelang ketiga 14 Oktober 2010. Lelang dilakukan oleh Kantor Lelang Negara dengan nilai BMKT ditaksir 80 juta dollar AS. Hasil lelang rencananya dibagi dua antara pemerintah dan investor.

Artefak-artefak peninggalan China abad ke-10 itu diangkat dari perairan Laut Jawa pada jarak sekitar 70 mil utara Kota Cirebon, Jawa Barat. Selain bernilai sejarah dan arkeologi yang tinggi, penemuan itu juga menjadi bukti pentingnya wilayah Nusantara dalam jalur perdagangan internasional yang menghubungkan negara-negara di Asia, Timur Tengah, dan Eropa.

Koleksi artefak BMKT Cirebon yang ditemukan saat itu, antara lain, berasal dari era lima dinasti China yang berkuasa selama 57 tahun, meliputi Dinasti Liang (907-923), Tang (923-936), Jin (936-947), Han (947-951), dan Zhou (951-960). Selain itu, juga peninggalan Kerajaan Sasanian berupa kerajinan gelas serta peninggalan Dinasti Fatimid (909-1711) berupa batu kristal serta perhiasan emas, perak, dan batu mulia.

Pengangkatan BMKT Cirebon berlangsung sejak April 2004 sampai Oktober 2005. Pengangkatan dilakukan PT Paradigma Putra Sejahtera (PPS) bekerja sama dengan Cosmix Underwater Research Ltd.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Status Penggunaan dan Penjualan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam, jika BMKT tidak dapat menjualnya dalam tiga kali pelelangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat menempuh dua opsi. Opsi itu adalah penjualan secara lelang atau melalui balai lelang swasta atau internasional. Selain itu, penjualan dengan cara lain.

Sebelumnya, Direktur Utama PT PPS Adi Agung mengemukakan, pihaknya mengajukan proposal kepada pemerintah agar setiap pihak diberi kesempatan mencari calon pembeli BMKT Cirebon dalam waktu tiga bulan, yakni hingga 31 Januari 2011. Apabila tidak mendapatkan pembeli, akan dilakukan penjualan dengan melibatkan balai lelang internasional.

Rahasia Itu Kini Hanya Sementara dan Bukan Rahasia Lagi Berkat Teknologi Informasi


Tampaknya keliru, atau sebuah kenaifan, bila menganggap dengan pecahnya kasus WikiLeaks maka yang guncang adalah sistem kerahasiaan negara. Dalam kasus WikiLeaks, yang terungkap adalah rahasia negara. Namun, di luar itu, yang bisa guncang adalah rahasia dalam level individu atau rahasia pribadi. Hal-hal menyangkut pribadi seseorang, yang disebut sebagai privasi pun, sebenarnya telah guncang di era kemajuan teknologi informasi (TI) dan kemudian TI-komunikasi (TIK).

Tak diragukan lagi, apa yang telah dilakukan oleh Julian Assange dan situs internet (website) revolusioner WikiLeaks telah memaksa pemerintah di dunia bertanya kembali tentang apa sebenarnya yang disebut sebagai ”rahasia”. (Time, 13/12)

Terkait dengan merebaknya kasus ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, kasus WikiLeaks menjadi pelajaran penting, yaitu agar dokumen rahasia dijaga ketat. (Kompas, 20/12)

Pertanyaannya adalah pada era kemajuan TIK sekarang ini, apakah yang disebut sebagai rahasia tadi benar-benar masih bisa dijaga?

Sebagaimana pesan baru yang pasti telah disampaikan kepada para diplomat untuk lebih saksama dalam berkomunikasi dan mengutarakan pendapat, satu hal yang juga dituntut adalah perubahan perilaku. Ini karena moda komunikasi yang ada sekarang ini memungkinkan komunikasi yang diandaikan bersifat pribadi pun bisa segera tersebar ke seluruh dunia dalam sekejap mata. Sekadar menyebut contoh, apa yang dialami Prita Mulyasari beberapa waktu lalu memperlihatkan hal itu, di mana berbagi keluhan melalui e-mail kepada teman bisa merebak ke khalayak luas.

Dalam lingkup pribadi, perkembangan jejaring sosial memperlihatkan fenomena lain. Dalam situs seperti Facebook, ada banyak hal atau informasi yang dalam konteks konvensional dianggap bersifat pribadi justru disiarluaskan.

Itu boleh jadi disebut sebagai pembocoran privasi secara sukarela.

Sudah diramalkan

Jauh hari sebelum merebaknya pembocoran informasi rahasia oleh WikiLeaks, para ahli informasi telah meramalkan bahwa di era kemajuan pesat TIK akan sulit bagi siapa pun untuk mengamankan informasi.

Dalam edisi khusus tentang masa depan privasi, majalah Scientific American (9/08) telah mengangkat pertanyaan, ”Dapatkan kita mengamankan informasi di dunia yang berteknologi tinggi dan tak aman ini?”

Dalam pengantar edisi itu Pemimpin Redaksi John Rennie menyebutkan, privasi sulit dipertahankan bagi warga masyarakat karena semakin banyak kota memasang kamera untuk memantau aktivitas warga masyarakat.

Dengan realita baru bahwa rahasia dan privasi sulit diamankan, sosok seperti David Brin menyarankan bahwa upaya yang lebih penting dilakukan adalah mencegah penyalahgunaan privasi atau informasi rahasia. Pemerintah dalam hal ini juga diminta sama-sama bersifat terbuka, sebagaimana warga masyarakat yang semakin terbuka, seperti dalam Facebook atau MySpace.

Sebagaimana telah disinggung dalam ”Laporan Iptek” tentang peran dan tanggung jawab baru Chief Informationa Officer (Kompas, 11/10) yang dihadapi pemerintah—dan sebenarnya juga masyarakat—dewasa ini adalah sosok revolusioner militan seperti Julian Assange, yang mengklaim tidak ingin melihat hal-hal yang korup.

Sosok Assange sendiri sebenarnya bisa disebut sebagai pengikut Rev Robert Browne, pimpinan Anglikan yang tahun 1582 pernah mengucapkan kalimat bahwa ”Kita semua harus saling mengawasi satu sama lain”. Ia mengucapkan hal itu karena—seperti dikutip Scientific American—menurut pandangannya, jiwa manusia pada dasarnya adalah lemah dan rawan terhadap godaan berbuat jahat sehingga harus ditopang oleh komunitas mata-mata dan informan.

Pandangan yang amat berpengaruh besar di kalangan kaum puritan Inggris Baru itu, dalam era kemajuan TIK, mendapat dukungan besar dari para pembuat alat-alat pemantau, pengintai, penyadap, yang teknologinya semakin canggih.

Dalam konteks lain tapi dalam semangat senada, majalah The Economist (19/12) mengangkat isu ”Kemajuan dan Kerugiannya” (Progress and Its Perils). Dalam hal pemanfaatan TIK, manusia telah mendapat berbagai manfaat. Kebutuhannya akan informasi mendapat dukungan penuh dari teknologi mutakhir yang dilengkapi mesin pencari dan alat sunting canggih.

Namun, seiring dengan itu, ia juga terikat— dan dengan itu terperangkap—dalam jaringan mahaluas yang bisa membelenggu dan menelikung. Dalam kemudahan itu, virus atau aksi hacker dan cracker dapat menyelinap masuk dalam rahasia kita yang amat dalam.

Meminjam ulasan The Economist tentang gagasan kemajuan, bisa juga dalam kaitan privasi ini kita merujuk pada karya Imre Madach, penulis drama Hongaria, yang berjudul Tragedi Manusia (1861). Dalam buku yang disebut sebagai padanan ”Surga yang Hilang” untuk zaman industri ini dilukiskan, antara lain, Adam setelah turun dari Taman Firdaus turun ke Bumi dan mencoba menegakkan kejayaan. Di Mesir, hal itu ia capai di piramid. Tapi segera ia sadari bahwa itu dibangun di atas kesengsaraan para budak.

Kalau ia tiba di dunia pada abad ke-21, ia juga akan melihat kejayaan di pemanfaatan TIK. Namun, gebyar itu akan dia lihat juga disertai dengan terpaparnya rahasia, dan boleh jadi juga aib, para pengguna fanatiknya. Bukankah itu juga ”Tragedi Manusia”?

1 Gram E. coli Mampu Tampung 900TB Data Lebih Efisien Dari Harddisk


Para peneliti asal Hong Kong telah menemukan cara untuk menyimpan data di dalam DNA bakteri. Ternyata, bakteri yang digunakan sebagai sampel, bakteri E. coli mampu menyimpan hingga 900 ribu gigabyte atau 900 terabyte data.

Dalam uji coba awal, seperti dikutip dari i09, 15 Desember 2010, peneliti meng-encode sebuah pesan singkat ke dalam sebuah vektor bersama dengan dua pengulangan yang dibalik.

Kemudian, peneliti mendesain sebuah primer yang menarget pesan yang sudah di-encode baik dalam orientasi normal ataupun dalam orientasi tambahan yakni yang sudah dibalik.

Kedua set primer tersebut bisa digunakan untuk meng-generate produk PCR (Polymerase Chain Reaction). Ini mengindikasikan bahwa pesan ter-encode hadir di pesan yang sudah direkombinasi dan di dalam bentuk normal. Hasil ujicoba pengulangan juga mengonfirmasikan akurasi produk PCR yang bersangkutan.

Peluang dari penggunaan bioteknologi ini sendiri sangat luar biasa. Peneliti menemukan, satu gram sek bakteri E. coli mampu menyimpan hingga 900 ribu gigabyte atau 900 terabyte data. Artinya, bakteri mampu menyimpan hampir 500 kali lipat lebih banyak dibandingkan harddisk terbesar saat ini.

Sebagai contoh, harddisk komputer desktop berkapasitas 1,5 terabyte saat ini umumnya memiliki bobot seberat 1 kilogram. Jika harddisk itu terbuat dari bakteri, maka kapasitasnya menjadi 900 petabyte.

Lalu, apakah menggunakan bakteri E. coli untuk menyimpan data tidak berpotensi menimbulkan penyakit?

Tak perlu khawatir. Peneliti sudah menemukan rangkaian non-virulent dari bakteri tersebut. Bakteri E. coli yang digunakan sudah didesain sedemikian rupa sehingga hanya berfungsi menyimpan data di DNA dan melakukan reproduksi, dan DNA yang digunakan tidak meng-encode protein yang berpotensi berbahaya.

Gerhana Bulan Terjadi Pada 20 – 21 Desember 2010


Masyarakat di sejumlah tempat di muka Bumi bisa menyaksikan gerhana bulan total pada awal pekan ini. Peristiwa itu akan berlangsung selama beberapa jam mulai dari 20 Desember tengah malam hingga 21 Desember dini hari.

Bila cuaca cerah, gerhana bulan itu akan menyuguhkan pemandangan yang indah, seperti yang terjadi di Jerman pada Januari 2001 (lihat foto). Menurut laman Space.com, peristiwa yang jarang terjadi ini akan bisa disaksikan langsung di sejumlah wilayah.

Sejumlah wilayah itu di antaranya di semua tempat Amerika bagian Utara dan Selatan, begitu pula di Eropa bagian utara dan barat serta di sebagian wilayah di Asia Timur Laut, termasuk Korea dan Jepang. Gerhana bulan total juga bisa terlihat di North Island, Selandia Baru, dan Hawaii. Maka, peristiwa ini berpotensi disaksikan sekitar 1,5 miliar orang.

“Ini bakal menjadi peluang pertama dari banyak tempat di Bumi untuk menyaksikan bagaimana bulan menjalani gerhana total dalam jangka waktu 34 bulan,” demikian tulis Space.com.

Menurut sejumlah referensi, gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Peristiwa itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.

Gerhana bulan total ini diperkirakan mulai bisa dilihat pada 20 Desember malam pukul 22.15 waktu Pasifik (PST) atau pada 21 Desember dini hari pukul 1.33 waktu Pantai Timur Amerika (EST) atau pukul 6.33 waktu Universal (UT).

Menurut perhitungan Badan Antariksa AS (NASA), proses gerhana ini bisa berlangsung sekitar 3 jam dan 28 menit saat Bulan memasuki umbra, yaitu bayangan inti yang berada di bagian tengah sangat gelap pada saat terjadi gerhana bulan.

Fase gerhana bulan secara total akan berlangsung 72 menit, dimulai pada Selasa pagi, 21 Desember 2010, pukul 6.33 UT atau 2.41 EST, yang sama dengan pukul 23.41 PST pada 20 Desember malam.

Bulan selanjutnya melewati umbra Bumi pada pukul 10.01 UT atau 5.01 EST (2.01 PST). Tanda-tanda terakhir bayangan gerhana (penumbra) akan menghilang sekitar 15 atau 20 menit kemudian.

Menurut kalangan pakar, gerhana bulan sebelumnya berlangsung antara 20 Februari hingga 21 Februari 2008 dan bisa terlihat jelas di banyak wilayah di Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia bagian barat.

Namun, tahun, diperkirakan terjadi dua kali gerhana bulan. Pertama pada 15 Juni 2011, yang bisa terlihat di kawasan Timur Bumi dan bisa berlangsung satu jam 40 menit. Gerhana kedua pada tahun depan akan berlangsung pada 10 Desember, bisa terlihat di sebagian kawasan barat di Amerika Utara

Sinar Matahari Dapat Dipakai Memprediksi Gempa Dengan Tingkat Akurasi 80 Persen


Para ahli bersikukuh gempa bumi sulit diprediksi. Namun R Shanmugasundaram mencoba mematahkan anggapan itu. Ia mengembangkan metode sinar matahari untuk memprediksi datangnya gempa.

Caranya, dengan melihat jatuhnya sinar matahari pada titik bumi.

Matahari adalah bintang yang paling dekat dengan planet bumi. Jarak antara bumi dan matahari sekitar 94,5 juta mil pada Aphelion (1 Juli) dan 91,5 juta mil pada Perihelion (1 Januari). Jarak dari dua tanggal tersebut tidak terlalu jauh dari rata-rata jarak, yaitu 93 juta mil. Namun, jumlah radiasi yang diterima adalah 7 persen lebih besar pada Perihelion daripada Aphelion.

Teori Fisika dari planet Bumi menunjukkan bahwa bumi berputar pada porosnya sendiri dengan kemiringan 23,5 derajat dan melengkapi satu kali siklus dalam 24 jam. Sebagai tambahan, dalam perjalanan bumi mengelilingi matahari, dijaga kestabilannya dengan garis Axis (garis imajiner sekitar yang objek yang berputar), yang jarak sudutnya 66,5 derajat dari orbit. Akibatnya, sudut di mana sinar matahari jatuh di titik bumi juga berubah.

Ketika bumi berputar pada porosnya sendiri, dengan kemiringan 23,5 derajat, untuk alasan yang tidak diketahui, tingkat derajatnya akan mengalami kemiringan selama beberapa hari dan akan kembali normal. Hal ini memungkinkan lava untuk mendorong mantel bumi.

Dengan kata lain, kenaikan dari sudut kemiringan bumi secara otomatis mengaturnya dengan benar pada posisi semula. Kondisi ini mengaktifkan platetektonik dan lava cair untuk cenderung menusuk bagian lebih yang lemah pada piring bumi yang menyebabkan gempa bumi dan erupsi vulkanik. Hal ini tergantung pada kerak bumi di mana isinya akan cenderung keluar.

Jadi, variasi ini dapat dicatat setiap hari pada permukaan yang halus dan dibangun di arah Utara/Selatan. Yaitu, dengan menggunakan sinar matahari terus-menerus dan tergantung tempat bencana anomali ditentukan. Ini hanya salah satu metode yang terus-menerus dicatat untuk melihat deformasi kerak bumi sehingga gempa kecil maupun besar dapat diprediksi.

Seperti dikutip dari earthquake.itgo.com, metode ini telah diuji coba selama beberapa tahun terakhir secara berkesinambungan. Hasilnya menunjukan tingkat akurasi hingga 80 persen.

Kejantanan Seekor Ikan Ternyata Mampu Membangkitkan Birahi


Bila Anda seekor ikan Cichlid jantan, sebaiknya Anda adalah ikan petarung. Sebab, ikan Cichlid jantan yang jago berkelahi bisa membuat para Cichlid betina klepek-klepek.

Menurut riset terakhir para ilmuwan, ikan-ikan Cichlid betina Afrika mendapatkan kesempatan reproduksi hanya ketika mereka mendapati Cichlid pejantan sebagai ikan yang memenangkan sebuah perkelahian. Birahi Cichlid betina akan terangsang bila ia mendapati pejantan mereka memenangkan perkelahian.

Menurut peneliti riset ini, Julie Desjardins, mungkin ini sama dengan seorang wanita yang mengencani seorang petinju dan ia melihat calon pasangannya berhasil menggebuki orang lain.

Desjardins, yang tengah menyelesaikan riset postdoctoral pada ilmu Biologi di Stanford University, mempelajari 15 ikan betina Cichlid bereaksi terhadap pertarungan ikan jantannya, dengan membedah otak ikan betina sesaat setelah melihat perkelahian.

Para peneliti memisahkan tiga cawan transparan yang terpisah terhadap masing-masing dua ikan jantan dan satu ikan betina. Memasuki hari kedua, ikan betina menunjukkan ketertarikan terhadap salah satu jantan yang ia pilih, dan sebaliknya jantan itu juga menunjukkan ketertarikkan kepada betina,” kata Desjardins

Pada hari ketiga hari, dua ikan jantan disatukan dalam sebuah tempat. Karena Cichlid adalah ikan teritorial, maka tak lama kemudian perkelahian pun pecah. Kemudian para peneliti langsung membedah otak ikan betina untuk mengukur RNA-nya untuk melihat aktivasi di beberapa wailayah otak.

Hasilnya para peneliti mendapati ikan betina yang melihat pejantan pilihan mereka menang berkelahi, mengalami peningkatan aktivitas di wilayah otak yang menangani kepuasan dan reproduksi.

“Pada kasus ini, gairah ikan betina ini akan terbangkitkan dan mereka secara fisik siap untuk kawin dengan ikan pejantan jagoan tersebut,” kata Desjardins. Lebih lanjut, peneliti akan meneliti respon ikan betina bila pejantan pilihan mereka kalah di pertarungan.

Setidaknya, para peneliti mencurigai bahwa efek ini juga terjadi tak hanya pada ikan, melainkan juga pada manusia. “Intuisi kami adalah respons ini juga terjadi pada manusia,” kata Russ Fernald, Profesor Biologi Stanford, yan juga ikut dalam riset.

Bayer Schering Pharma Temukan Cara Meneliti Khasiat Obat Dengan Microsoft Excel


Membuat metode validasi untuk obat merupakan pekerjaan kompleks. Di bagian akhir pengembangan obat, bisa jadi kandidat obat yang akan digunakan untuk mengatasi penyakit, malah dibuang. Akhirnya, seluruh proses validasi yang dilakukan terhadap obat itu menjadi sia-sia.

Sebagai contoh, munculnya virus HIV pada tahun 1980-an memicu kalangan medis melakukan penelitian karena banyak pasien yang terenggut nyawanya akibat AIDS.

Ternyata, untuk menemukan virus yang bertanggungjawab terhadap penyakit itu saja membutuhkan waktu bertahun-tahun. Dan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan obatnya juga lebih panjang lagi.

“Dikhawatirkan, di masa depan, akan lebih banyak lagi virus yang merenggut jiwa manusia karena lambatnya proses ini,” kata Dr Ian Lipkin, seorang neurolog asal University of California, San Francisco, seperti dikutip dari NY Times, 16 Desember 2010. “Kita harus menemukan cara yang lebih baik untuk melakukan hal ini,” ucapnya.

Untuk menghindari usaha sia-sia, peneliti dari Bayer Schering Pharma mencari cara yang cepat dan sederhana dalam membuat metode yang stabil dan dapat digandakan dalam mengembangkan obat.

“Bagian paling sulit dari pengembangan obat adalah membuat stok solusi dan memodifikasi parameter untuk menentukan metode mana yang paling stabil,” kata Dr Michael Pfeffer, Lab Manager Bayer Schering Pharma.

Pfeffer kemudian melakukan sebanyak mungkin otomatisasi terhadap sejumlah langkah dalam tahapan pencarian obat. Sebuah sistem Agilent HPLC yang dilengkapi dengan autosampler berthermostat dan dikontrol lewat software ChemStation dipilih untuk mengembangkan metode analisis.

Sebuah bahasa pemrograman macro kemudian digunakan untuk membuat macro spesifik yang disebut sebagai “Validation Generator” atau Autoval yang membuat pencairan rutin untuk autosampler dan disaat yang sama membuat tabel pengulangan terhadap sampel tersebut.

Setelah sampel dijalankan, data kemudian diekspor ke Microsoft Excel untuk mendapatkan hasil kalkulasi.

Hasilnya, ternyata setelah menggunakan metode otomatisasi tingkat tinggi, analisis non stop dapat dijalankan dan menghasilkan penghematan waktu yang signifikan bagi tim peneliti di lab dalam melakukan risetnya.

“Metode otomatisasi ini, dikombinasikan dengan evaluasi yang sudah terstandarisasi terbukti menjadi bagian penting dalam metode validasi terhadap obat yang efektif,” kata Pfeffer. “Alur kerja otomatis juga memungkinkan reproduktivitas yang baik dan juga mengurangi dampak dari kesalahan penelitian secara manual,” ucapnya.

Ulat Bulu Mampu Bersiul Untuk Menakut Nakuti Burung Pemangsa


Ulat bulu ternyata tak cuma mahir membuat sekujur tubuh Anda gatal-gatal tak keruan, tapi juga bisa bersiul layaknya seekor burung.

Memang ulat bulu memang tak akan bersiul seperti burung melalui mulut mereka. Namun, menurut para peneliti, ulat bulu bisa bersiul dengan melalui sisi-sisi tubuh mereka.

Ini mereka lakukan sebagai mekanisme pertahanan diri untuk mengusir burung-burung predator. Dari hasil penelitian terhadap ulat bulu sphinx walnut caterpillar atau Arnorpha juglandis, asal siulan mereka berasal dari tubuh mereka.

Seperti dikutip dari Livescience, setelah diamati melalui video berkecepatan tinggi, para periset berkesimpulan ketika ulat bersiul, mereka menekan kepala mereka ke belakang.

Ini dilakukan untuk menekan rongga di tubuh mereka sehingga suara siulan akan keluar melalui delapan pasang lubang angin di perut mereka.

Masing-masing pasang rongga perut itu berdecit sekitar empat detik, dengan rentang frekuensi yang bisa didengar oleh burung maupun manusia, hingga suara ultrasound.

Saat para peneliti mengamati ulat tersebut, burung warbler (burung yang pandai berkicau) yang hendak memangsa ulat itu, biasanya akan kaget dan lari tunggang langgang ketika ulat mulai bersiul. Siulan ulat bulu ini selalu menyelamatkannya dari sergapan burung warbler.

“Burung-burung ini sepertinya terkaget-kaget dengan siulan si ulat karena tidak mengira akan bunyi tersebut,” ujar Jayne Yack, Neuroethologist dari Carleton University, Ottawa Kanada

Tikus Got Afrika Ternyata Mampu Menjadi Detektor Penyakit Tuberkolosis TBC


Ingin tahu apakah Anda mengidap Tuberculosis atau TB? Coba meludah ke arah tikus. Dari penelitian terbaru, tikus besar Afrika yang terlatih mampu mendeteksi TB 44 persen lebih baik dibanding manusia yang juga dilatih dan menggunakan mikroskop.

Pada penelitian, ilmuwan meneliti dahak dari 10.523 pasien di Tanzania. Awalnya, sampel-sampel ini dianalisa menggunakan mikroskop oleh sejumlah teknisi terlatih di pusat Direct Observation Treatment Short-Course (DOTS). Setelah itu, giliran tikus yang diberi kesempatan mendeteksinya.

Sebagai informasi, TB merupakan penyakit yang sangat mematikan. Secara global, penyakit ini memakan korban hingga 3 juta kematian per tahun.

Menggunakan analisa mikroskopik tradisional, terdeteksi bahwa 1.400 pasien mengidap TB positif. Yang menarik, jika tikus yang melakukan analisa, ternyata mereka yang mengidap TB positif mencapai 2.020 pasien.

“Menggunakan tikus pencium untuk mendeteksi TB tampaknya memang tidak lazim, akan tetapi dari penelitian kami, cara ini berhasil,” kata Alan Poling, ketua tim peneliti dari Western Michigan University, seperti dikutip dari TG Daily, 17 Desember 2010.

Penemuan ini, kata Poling, akan sangat bermanfaat di negara berkembang, di mana seperempat korban tewas akibat metode pendeteksi penyakit TB tersebut belum tersedia secara luas.

Sebanyak 10 tikus raksasa Afrika, yakni Cricetomys gambianus, dilatih untuk meneliti sampel dahak. Setiap kali mereka menemukan dahak yang mengandung tuberculosis, mereka mendapatkan hadiah pisang dan mereka tidak berhenti mengendus jika tidak mendeteksi adanya TB.

Meski terbukti tikus lebih akurat, akan tetapi validitas pengujian ini masih bisa diragukan. Peneliti belum menemukan apa yang membuat tikus sanggup mendiagnosis dahak tersebut.