Arca Totem Sebelum Masehi Ditemukan Di Kalimantan Barat


Arca berbentuk perpaduan kadal dan katak ditemukan di hutan Bukit Beribit, Desa Tanjung Andan, Kecamatan Embalau, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Balai Arkeologi Banjarmasin, Kalimantan Selatan, memperkirakan arca itu dibuat pada awal Masehi.

Peneliti dari Balai Arkeologi Banjarmasin, Vida Pervaya Rusianti Kusmartono, mengatakan, kesimpulan mengenai arca mitologis yang sering disebut totem itu hanyalah sementara. ”Kami mendapatkan foto-foto arca itu dari World Wide Fund For Nature (WWF) lalu menelitinya berdasarkan kajian yang ada. Setelah ada penelitian lapangan, kesimpulannya bisa sahih karena bisa mematahkan interpretasi yang tidak pas,” kata Vida yang dihubungi dari Pontianak, Minggu (22/8).

Koordinator Program WWF Kalbar Hermayani Putera mengatakan, awal Juli lalu, staf WWF di Putussibau melaporkan ada penduduk sekitar menemukan arca menyerupai harimau. Temuan arca yang mirip harimau itu diperkuat oleh cerita rakyat setempat, yakni masyarakat Ot Danum, bahwa sebelum perjanjian Tumbang Anoi tahun 1884, arca mirip harimau itu digunakan untuk menjaga rumah panjang di Bukit Beribit milik suku Dayak Ot Danum yang akan diserang Dayak Iban.

Hermayani menambahkan, ”Perlindungan dari arca diharapkan berdampak positif terhadap upaya perlindungan hutan Bukit Beribit sehingga satwa dilindungi terjaga dari kepunahan.”

Tumbang Anoi adalah perjanjian guna mengakhiri tradisi ngayau atau berburu dan memenggal kepala musuh pada perang antarsuku di kalangan suku Dayak. Namun, persepsi arca mirip harimau itu dipatahkan Vida karena harimau bukan hewan endemik Kalimantan.

”Setelah saya lihat lebih lanjut, ternyata arca itu merupakan perpaduan antara reptil dan amfibi. Namun, masih harus dilakukan penelitian lanjutan terkait konteks arca itu. Yang jelas, arca totem itu merupakan penggambaran ketika itu bahwa ada kekuatan lebih besar di luar manusia yang menjaga alam sekitar mereka,” papar Vida.

Sejauh ini belum bisa dipastikan arca itu dibuat oleh komunitas mana. ”Pada awal Masehi, di Kalimantan hanya berdiam dua ras, yaitu Austromelanesia dan Austronesia,” tutur Vida. Arca totem itu dipahat pada sebuah batu besar yang menonjol di perbukitan. Tempat arca itu, di Desa Tanjung Andan, harus ditempuh dengan jalan kaki 24 jam. Vida berharap agar segera diterbitkan aturan untuk melindungi arca itu karena rawan pencurian.

Tinggalkan komentar