Monthly Archives: Juni 2008

Sumber Protein Masa Depan Adalah Serangga


Di tengah ancaman krisis pangan, semua pihak harus mencari pangan alternatif. Selain sumber karbohidrat, sumber protein juga harus dicari. Serangga adalah salah satu pangan alternatif yang kaya protein.

”Setiap kali membicarakan serangga, selalu terbayang menjijikkan. Hal ini harus diubah karena serangga juga sumber protein,” kata Kepala Lembaga Penelitian Pengabdian Pada Masyarakat (LP3M) Unika Santo Thomas Posman Sibuea, Selasa (24/6) di medan.

Posman menceritakan, di beberapa daerah di Sumatera Utara, sejumlah warga pada masa lalu mengonsumsi serangga, seperti belalang, capung, dan sejenis jangkrik. Pangan jenis ini tersingkir karena mendapat label makanan primitif dan diberi simbol kemiskinan.

”Kita harus mempromosikan sumber pangan lokal kalau kita ingin tidak terpengaruh oleh krisis pangan. Kesan menjijikkan dan simbol kemiskinan harus diubah,” papar Posman.

Saat ini di Amerika Serikat mulai dipromosikan sumber protein dari serangga. Dari penelitian yang ada, dalam jumlah yang sama, protein dari mamalia hanya 10 persen yang diubah menjadi materi tubuh manusia, sedangkan serangga bisa diubah menjadi 40 persen materi tubuh.

”Serangga kaya protein. Hampir 60 persen dari berat serangga adalah protein,” kata Posman. Ia menyebutkan, di beberapa daerah jenis serangga lazim dikonsumsi masyarakat terutama di Thailand, seperti ulat sagu, belalang, dan tawon.

Meski begitu, Posman mengingatkan, masyarakat harus hati-hati saat memilih serangga. Serangga yang akan dikonsumsi hendaknya berasal dari daerah atau tempat yang tidak terpapar pestisida.

Astronom dan Ilmuwan Temukan Tiga Planet Super Bumi


Para astronom, Senin, menyatakan mereka telah mendeteksi sebuah sistem planet yang jauh dengan tiga planet yang berukuran tak seberapa besar ketimbang Bumi kita.

Penemuan ini dipandang sebagai salah satu penemuan yang paling menjanjikan hingga sejauh ini dalam upaya memburu kehidupan di antariksa bagian luar.

Tak seperti kebanyakan dari 300 benda langit yang disebut ekso-planet yang ditemukan dalam 13 tahun terakhir, trio planet tersebut boleh jadi cukup kecil untuk memiliki permukaan batuan.

Sebagian besar dari 300 ekso-planet merupakan planet bergas seperti Jupiter dan Saturnus, sehingga tak dapat mendukung kehidupan seperti yang kita kenal selama ini.

Kantor pusat di Garching dekat Observatorium Selatan Eropa (ESO) di Munchen menyatakan ketiga planet mengorbit bintang HD 40307 dalam galaksi Bima Sakti kita, 42 tahun cahaya jauhnya dari Bumi.

Satu tahun cahaya setara dengan 9,5 triliun kilometer.

Penemuan ini diumumkan pada konferensi tiga hari mengenai Super-Bumi Extra Solar yang dimulai Senin di Nantes, Prancis.

Bintang tersebut dapat disaksikan dari Belahan Bumi Selatan antara konstelasi Dorado dan Pictor. HD 40307 hampir serupa dengan Matahari.

Definisi Super-Bumi

Sebuah Super-Bumi dirumuskan sebagai sebuah planet dengan massa lebih dari 15 kali massa planet kita, kata ESO.

Trio planet itu memiliki massa antara 4,2 hingga 9,4 kali massa Bumi, berdasarkan kalkulasi goyangan pada HD 40307.

Namun demikian, orbit mereka di sekitar bintang itu sangat cepat, yakni selama 4,3, 9,6 dan 20,4 hari. Berbagai ekso-planet dengan orbit yang cepat amat mudah ditemukan ketimbang planet lainnya dengan orbit lambat, seperti Bumi yang mengedari Matahari selama 365 hari.

Ketiga planet dideteksi dengan spektograf HARPS, sebuah alat yang dipsang pada teleskop ESO yang bergaris tengah 3,6 meter di La Silla, Chile.

Planet terbentuk dari piringan gas dan reruntuhan debu sisa dari pembentukan sebuah bintang. Berapa lama proses pembentukan planet berlangsung masih menjadi perdebatan para pakar.

Bumi diyakini berusia sekitar 4,5 miliar tahun, dan Matahari sekitar 100 juta tahun lebih tua daripada Bumi, demikian laporan DPA dan AFP

TIGA PLANET SUPERBUMI
Sejumlah peneliti Eropa menyatakan, Senin, mereka telah menemukan kumpulan tiga planet “super-Bumi” yang mengorbit sebuah bintang, dan dua sistem tata-surya lain dengan planet-planet kecil.

Menurut para ahli itu, hasil temuan yang dipresentasikan pada sebuah konferensi di Perancis itu menunjukkan bahwa planet-planet seperti Bumi mungkin sangat biasa.

“Apakah setiap bintang tunggal memiliki planet-planet dan, jika ya, berapa banyak?” tanya Michel Mayor dari Observatorium Jenewa Swiss.

“Kita tidak mungkin mengetahui jawaban itu namun kita mencapai kemajuan besar ke arah itu,” kata Mayor dalam sebuah pernyatan.

Ketiga planet itu mengorbit sebuah bintang yang massanya sedikit lebih kecil daripada matahari kita, sekitar 42 tahun cahaya ke arah konstelasi selatan Doradus dan Pictor. Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun pada kecepatan 300.000 kilometer per detik, atau sekitar 9,5 trilyun kilometer.

Ketiga planet yang ditemukan itu berukuran lebih besar daripada Bumi — 4,2 kali, 6,7 kali dan 9,4 kali massa Bumi.

Planet-planet itu mengorbit bintang mereka pada kecepatan sangat tinggi — empat hari, 10 hari dan 20 hari (bandingkan dengan Bumi yang mengitari matahari dalam waktu 365 hari).

Mayor dan rekan-rekannya menggunakan teleskop “High Accuracy Radial velocity Planet Searcher” atau HARPS, sebuah teleskop di observatorium La Silla di Chile, untuk menemukan planet-planet itu.

Lebih dari 270 planet ditemukan, sebagian besar memiliki ukuran besar seperti Yupiter dan Saturnus. Planet-planet lebih kecil yang ukurannya seperti Bumi lebih sulit untuk ditemukan.

Tidak ada planet yang bisa digambarkan secara langsung pada jarak seperti itu, namun bisa ditemukan lokasinya secara tidak langsung dengan menggunakan gelombang radio atau, dalam kasus HARPS, pengukuran spektrografis. Ketika sebuah planet mengorbit bintangya, maka akan terjadi getaran sangat kecil pada bintang itu dan getaran tersebut bisa diukur.

Tim astronom itu juga menyatakan telah menemukan sebuah planet yang berukuran 7,5 kali massa Bumi yang mengorbit bintang HD 181433 dalam waktu 9,5 hari. Bintang ini juga memiliki sebuah planet seperti Yupiter yang mengorbit setiap tiga tahun.

Sebuah sistem tata surya lain yang ditemukan memiliki sebuah planet yang berukuran 22 kali massa Bumi, yang mengorbit setiap empat hari, dan sebuah planet seperti Saturnus dengan periode orbit tiga tahun, demikian Reuters.

Biofarming Dapat Menjadi Andalan Indonesia Masa Depan Setelah BJ Habibie Gagal Total Dengan Proyek Pesawat Terbangnya


Indonesia berpeluang mengembangkan penelitian bioteknologi untuk bertani gen (biofarming)  yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Hal tersebut menjadi salah satu topik yang diangkat dalam  “Biotechnology; The Next Great Enterpreneurial Wave” di Universitas Paramadina, Senin (16/6).

Wahyu Pubowasito Ph. D, peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia mengatakan penelitian bioteknologi di Indonesia belum ketinggalan jauh dengan negara-negara lain. Saat ini, BPPT sedang mengembangkan sistem yang dapat meningkatkan kualitas pangan Indonesia. Salah satu pengembangan itu adalah makanan transgenik.

Ada enam keuntungan yang bisa didapat oleh industri agrikultur bila mengembangkan makanan transgenik, yaitu produk agrikultur akan tahan gulma, tahan pestisida, tidak cepat busuk, tahan air (berguna bila hujan terus-menerus turun dan mengakibatkan lahan tergenang air), serta bunga tidak mudah layu.

“Yang saat ini sedang kami kembangkan adalah kemungkinan bio farming, yaitu memasukkan sistem antibodi ke dalam tumbuhan tertentu, seperti pisang, sehingga orang-orang yang membutuhkan antibodi bisa mendapatkannya hanya dengan memakan pisang tersebut,” kata Wahyu yang juga merupakan peneliti fenomena genome imprinting dari National Institute of Genetics, Jepang.

Selain itu, bioteknologi dengan menggunakan genom juga bisa diterapkan dalam bidang kepolisian. Dengan meneliti genom seseorang, polisi bisa mengidentifikasi identitas orang tersebut. Meskipun 99,9 persen urutan sistem genom dalam tubuh manusia sama, ada sedikit perubahan gugus DNA karena terjadinya metilasi DNA atau penambahan gugus metil (CH3) ke dalam struktur DNA itu sendiri.

Pengembangan bioteknologi di Indonesia ini tentu tidak akan berjalan mulus-mulus saja. Ke depannya, banyak tantangan dan hambatan yang datang dari dalam dan luar negeri. Dari luar negeri, Indonesia harus bersaing dengan negara lain yang bioteknologinya sudah maju, seperti Amerika Serikat.

“Pengembangan bioteknologi itu tidak murah, tapi negara lain bisa mengimpor buah-buahan mereka dengan harga yang lebih murah dan berkualitas dibanding buah lokal. Berdasarkan hal itu, kita harus bertanya kepada diri sendiri, ini mengapa?” kata Wahyu menekankan.

Dari dalam negeri, Wahyu mengatakan, curah hujan yang tinggi dan semakin tidak menentu mengakibatkan tanaman pangan yang diadopsi dari negara lain tidak bisa berkembang baik di Indonesia. Ia mencontohkan kedelai Indonesia yang kurang baik mutunya karena ketika ditanam pada musim hujan, tapi tidak bisa kering karena ketika seharusnya dipanen juga masih musim hujan.

Selain curah hujan, minat peneliti di Indonesia terhadap bioteknologi pangan masih rendah, padahal negeri ini kaya akan tumbuhan yang berkualitas. Ironisnya, negara tetangga, Malaysia, justru lebih dahulu melirik prospek penelitian terhadap tanaman kelapa sawit bermutu yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat.

“Saat ini, BPPT sedang bekerja sama dengan negara lain dalam hal memperbaiki mutu karet alam agar (setelah diolah menjadi ban) bisa lebih awet dan lebih kenyal,” kata Wahyu tanpa menyebutkan negara mana yang menjadi mitra BPPT tersebut.

Permukaan Mars Mengandung Mineral Yang Siap Ditambang


Untuk pertama kalinya para peneliti berhasil melihat dari dekat sampel tanah Mars dari rekaman mikroskop yang dibawa wahana Phoenix Mars Lander. Hasil pengamatan awal menunjukkan setidaknya terdapat empat jenis mineral berbeda yang menyusun tanah planet merah tersebut.

“Saya sungguh gembira dapat melihat tanah Mars dengan resolusi yang belum pernah terlihat sebelumnya,” ujar Tom Pike, salah satu peneliti dari Imperial College London. Pike adalah salah satu peneliti yang menganalisis hasil rekaman salah satu instrumen utama Phoenis bernama MECA (Microscopy Electrochemistry and Conductivity Analyzer).

Sampel yang terjebak dalam gel silikon terdiri dari lebih dari 1000 partikel berbeda yang masing-masing berdiameter kurang dari sepersepuluh tebal rambut manusia. Partikel-partikel tersebut terbagi dalam empat kelompok, partikel besar, partikel hitam, partikel kaca, dan partikel kecil berwarna merah.

Debu Mars

Sebagian dari partikel-partikel tersebut mirip dengan partikel-partikel debu dari atmosfer Mars yang sempat ditangkap instrumen beberapa hari sebelumnya. Debu yang ada di atmosfer Mars dekat lokasi pendaratan wahana relatif sama komposisinya dari waktu ke waktu.

“Kami belum melihat gumpalan debu di sekitar lokasi pendaratan sampai sekarang. Hal tersebut tidak terlalu mengejutkan karena kami mendaratkannya saat aktivitas debu minimum. Namun kami berharap melihat partikel debu berukuran besar di akhir misi,” ujar Nilton Renno, peneliti lain dari Universitas Michigan.

Mengapa begitu pentingya penting debu untuk diteliti? Dengan mempelajari debu Mars, para peneliti juga berharap dapat mempelajari dinamika debu atmosfer di Bumi tertutama peranannya dalam mempengaruhi perubahan iklim global.

Kandungan tanah Mars juga sedang dianalisis menggunakan instrumen lainnya bernama TEGA (Thermal Evolved Gas Analyzer). Dalam instrumen tersebut, tanah Mars dipanggang untuk mencari kemungkinan ditemukannya kandungan air atau molekul-molekul yang mendukung kehidupan.

Phoenix merupakan wahana kedua yang membawa instrumen langsung untuk melakukan analisis di Mars setelah Viking 1 dan 2 yang dikirim tahun 1976. Namun, Phoenix membawa instrumen lebih lengkap dan lebih canggih seperti mikroskop, pendeteksi es/air, dan pengukur cuaca.

Semikonduktor Baru Dari Plastik Ditemukan


Siapa mengira dengan menempelkan dua lembar plastik dapat menghasilkan material konduktor yang dapat menghantarkan listrik seperti logam. Penemuan ini menjanjikan pengembangan sistem elektronika dengan materi nonlogam, bahkan material superkonduktor jenis baru.

Konduktor dari plastik itu dikembangkan para peneliti dari Universitas Teknologi Delft, Belanda, yang dipimpin Alberto Morpurgo. Dalam penelitian tersebut mereka menempelkan lapisan kristal plastik polimer jenis TTF setebal satu mikrometer dan kristal organik polimer lainnya jenis TNCQ dengan ketebalan yang sama.

Kedua jenis polimer termasuk insulator atau tidak menghantarkan listrik. Namun, hasil penggabungan keduanya menghasilkan gaya Van der Walls yang menyebabkan bidang permukaan yang saling menempel dapat menghantarkan listrik.

“Kedua permukaannya tidak mengalami perubahan fisika, namun kerja elektron di sepanjang permukaan yang berdekatan berubah,” ujar Morpurgo. Pada kondisi normal, elektron-elektron pada setiap materi tidak dapat berpindah bebas, tapi pada kasus ini elektron dari TTF dapat melompat ke bagian yang disebut hole di TNCQ.

Mereka juga menemukan bahwa sifat konduktivitasnya justru naik saat berada di lingkungan yang lebih dingin. Sifat tersebut berkebalikan dengan sifat logam yang justru menurun kemampuannya menghantar listrik di lingkungan yang dingin.

Jenis Kejahatan Internet


Berikut sejumlah jenis kejahatan via internet

CARDING
Carding adalah berbelanja menggunakan nomor dan identitas kartu kredit orang lain, yang diperoleh secara ilegal, biasanya dengan mencuri data di internet. Sebutan pelakunya adalah Carder. Sebutan lain untuk kejahatan jenis ini adalah cyberfroud alias penipuan di dunia maya.

Menurut riset Clear Commerce Inc, perusahaan teknologi informasi yang berbasis di Texas – AS , Indonesia memiliki carder terbanyak kedua di dunia setelah Ukrania.

Sebanyak 20 persen transaksi melalui internet dari Indonesia adalah hasil carding.

Akibatnya, banyak situs belanja online yang memblokir IP atau internet protocol (alamat komputer internet) asal Indonesia. Kalau kita belanja online, formulir pembelian online shop tidak mencantumkan nama negara Indonesia. Artinya konsumen Indonesia tidak diperbolehkan belanja di situs itu.

Menurut pengamatan ICT Watch, lembaga yang mengamati dunia internet di Indonesia, para carder kini beroperasi semakin jauh, dengan melakukan penipuan melalui ruang-ruang chatting di mIRC. Caranya para carder menawarkan barang-barang seolah-olah hasil carding-nya dengan harga murah di channel. Misalnya, laptop dijual seharga Rp 1.000.000. Setelah ada yang berminat, carder meminta pembeli mengirim uang ke rekeningnya. Uang didapat, tapi barang tak pernah dikirimkan.

HACKING
Hacking adalah kegiatan menerobos program komputer milik orang/pihak lain. Hacker adalah orang yang gemar ngoprek komputer, memiliki keahlian membuat dan membaca program tertentu, dan terobsesi mengamati keamanan (security)-nya. Hacker memiliki wajah ganda; ada hacker sejati yang umumnya benar-benar pintar dan ada yang pencoleng yang kebanyakan bodoh.

Hacker sejati bertujuan hanya untuk memberi tahu kepada programer yang komputernya diterobos, akan adanya kelemahan-kelemahan pada program yang dibuat, sehingga bisa “bocor”, agar segera diperbaiki dan dibuat update. Sedangkan, hacker pencoleng, menerobos program orang lain untuk berdasarkan berita yang telah diumumkan oleh hacker sejati dan kemudian mencari komputer yang belum sempat diupdate untuk merusak dan mencuri datanya.

CRACKING
Cracking adalah hacking untuk tujuan jahat. Sebutan untuk cracker adalah hacker bertopi hitam (black hat hacker). Berbeda dengan carder yang hanya mengintip kartu kredit, cracker mengintip simpanan para nasabah di berbagai bank atau pusat data sensitif lainnya untuk keuntungan diri sendiri.

Meski sama-sama menerobos keamanan komputer orang lain, hacker lebih fokus pada prosesnya. Sedangkan cracker lebih fokus untuk menikmati hasilnya.

Pekan lalu, FBI bekerja sama dengan polisi Belanda dan polisi Australia menangkap seorang cracker remaja yang telah menerobos 50 ribu komputer dan mengintip 1,3 juta rekening berbagai bank di dunia. Dengan aksinya, cracker bernama Owen Thor Walker itu telah meraup uang sebanyak Rp1,8 triliun. Cracker 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA itu tertangkap setelah aktivitas kriminalnya di dunia maya diselidiki sejak 2006.

DEFACING
Defacing adalah kegiatan mengubah halaman situs/website pihak lain, seperti yang terjadi pada situs Menkominfo dan Partai Golkar, BI baru-baru ini dan situs KPU saat pemilu 2004 lalu. Tindakan deface ada yang semata-mata iseng, unjuk kebolehan, pamer kemampuan membuat program, tapi ada juga yang jahat, untuk mencuri data dan dijual kepada pihak lain.

PHISING
Phising adalah kegiatan memancing pemakai komputer di internet (user) agar mau memberikan informasi data diri pemakai (username) dan kata sandinya (password) pada suatu website yang sudah di-deface. Phising biasanya diarahkan kepada pengguna online banking. Isian data pemakai dan password yang vital yang telah dikirim akhirnya akan menjadi milik penjahat tersebut dan digunakan untuk belanja dengan kartu kredit atau uang rekening milik korbannya.

SPAMMING
Spamming adalah pengiriman berita atau iklan lewat surat elektronik (e-mail) yang tak dikehendaki. Spam sering disebut juga sebagai bulk email atau junk e-mail alias “sampah”. Meski demikian, banyak yang terkena dan menjadi korbannya. Yang paling banyak adalah pengiriman e-mail dapat hadiah, lotere, atau orang yang mengaku punya rekening di bank di Afrika atau Timur Tengah, minta bantuan netters untuk mencairkan, dengan janji bagi hasil.

Kemudian korban diminta nomor rekeningnya, dan mengirim uang/dana sebagai pemancing, tentunya dalam mata uang dolar AS, dan belakangan tak ada kabarnya lagi. Seorang rektor universitas swasta di Indonesia pernah diberitakan tertipu hingga Rp1 miliar dalam karena spaming seperti ini.

MALWARE
Malware adalah program komputer yang mencari kelemahan dari suatu software. Umumnya malware diciptakan untuk membobol atau merusak suatu software atau operating system. Malware terdiri dari berbagai macam, yaitu: virus, worm, trojan horse, adware, browser hijacker, dll. Di pasaran alat-alat komputer dan toko perangkat lunak (software) memang telah tersedia antispam dan anti virus, dan anti malware .

Meski demikian, bagi yang tak waspadai selalu ada yang kena. Karena pembuat virus dan malware umumnya terus berusaha memanfaatkan kelengahan orang lain dan produktif dalam membuat program untuk mengerjai korban-korbannya.

Biji Palem Dari Zaman Nabi Isa as Yang Berumur 2000 Tahun Dapat Tumbuh Kembali


Sekilas, palem setinggi 1,2 meter yang berusia tiga tahun ini tak begitu istimewa. Namun, tumbuhan yang disebut Methuselah tersebut sangat bernilai karena tumbuh dari sebuah biji berusia 2000 tahun.

Tumbuhan tersebut mungkin memecahkan rekor sebagai tumbuhan yang berasal dari biji tertua di dunia. Sebab, tumbuhan dan biji tertua selama ini dipegang sebuah tumbuhan teratai yang berasal dari biji berusia 1300 tahun.

Tunasnya pertama kali muncul tahun 2005 dari biji yang ditemukan di Israel tepatnya situs Masada yang dikenal sebagai lokasi pelarian orang-orang Yahudi yang memilih bunuh diri daripada ditangkap tentara Romawi. Umur 2000 tahun diketahui dari hasil pengukuran radiokarbon.

Sallon, direktur Pusat Riset Kedokteran Alami Louis L Borick di Organisasi Kedokteran Hadassah Israel melaporkan perkembangan terakhir tumbuhan langka tersebut dalam jurnal Scinece edisi terbaru. Para peneliti tengah berupaya menguak informasi sebanya mungkin mengenai tumbuhan tersebut termasuk potensi khasiatnya.

“Salah satu tujuan proyek penelitian kami adalah menguak kembali manfaatnya di masa lalu sampai menanamnya sehingga tersedia banyak pasokan,” ujar Sallon.  Satu hal penting yang belum diketahui tentang tumbuhan tersebut adalah jenis kelaminnya, apakah jantan atau betina. Sebab, jenis palem-paleman seperti ini biasanya baru dapat dibedakan jenis kelaminnya setelah berumur 6-7 tahun.

Meski demikian, para peneliti telah mempelajari DNA tumbuhan tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa gennya hanya mewarisi setengah gen palem modern yang masih banyak tumbuh di Israel saat ini.

Sallon mengatakan masih besar harapan untuk mempertahankan plasma nutfahnya tidak hanya untuk sebagai sumber makanan namun obat-obatan.  Salah satu program yang dipimpinnya, Proyek Tanaman Obat Timur Tengah sedang bekerja keras untuk menanam tumbuhan tesebut di wilayah yang cocok.

Temuan Arkeologi Dalam Proyek Pelebaran Masjidil Haram Di Mekkah


Barang-barang peninggalan sejarah belum lama ini ditemukan dalam proyek penggalian yang sedang berlangsung di bagian utara mesjid suci Masjidil Haram, Makkah.

Barang-barang peninggalan itu antara lain satu paket benda arsitektural yang bernilai sangat besar di bidang arkeologi.

Dalam penggalian itu, juga ditemukan beberapa salinan kitab suci Al Qur`an, poster-poster pendidikan dan peta-peta, kata laporan suratkabar Asharq Al-Awsat di sini Jum`at.

Dr. Ali Al-Ghuban, Wakil Sekjen Permuseuman dan Barang-barang Kuno pada Komisi Umum bidang Pariwisata dan Barang-barang Peninggalan Kuno, mengatakan komite saintis para peneliti dan arkelogis telah dibentuk untuk mempelajari barang-barang peninggalan sejarah itu.

Dia mengatakan, komite telah memindahkan semua 273 barang peningggalan itu ke Museum Arkeologi di Makkah.

Para arkeolog dijadwalkan oleh komisi untuk melakukan pemantauan terhadap semua tahapan penggalian, katanya.

Dr. Al-Ghuban mengatakan, barang-barang peninggalan kuno itu misalnya pintu-pintu dari berbagai bentuk dan ukuran yang didekorasi dengan bunga-bunga dan rancang arsitektur Islam.

Mereka akan dipamerkan kepada umum setelah selesai dilakukan pengkajian, katanya menambahkan.

Pemanasan Global Ternyata Bukan Akibat Ulah Manusia dan Industri Tetapi Hanya Siklus Rutin Setiap 1500 Tahun Sekali


Buku Unstoppable `Every 1,500 Years` Global Warming memesankan pemberontakan terhadap keyakinan dunia bahwa pemanasan global adalah ulah manusia dengan menyebut peristiwa cuaca itu sebagai fenomena alam biasa yang terjadi setiap 1.500 tahun.

Sang pengarang, S. Fred Singer dan Dennis T. Avery, mengoleksi data kepustakaan yang melimpah dan menganalisisnya secara cermat laksana investigasi jurnalistik untuk menyerang asumsi, hipotesis, dan teori pemanasan global yang selama ini dipahami dunia.

Sejak dari pengantar sampai kesimpulan, buku setebal 278 halaman (plus xxii) itu berisi “peperangan ilmiah” yang berpusat pada upaya menjawab satu pertanyaan yang tercantum di halaman xii, “Apakah pemanasan global itu fenomena alam atau peristiwa antropologis (berkaitan dengan aktivitas manusia)?

Salah satu ofensif ilmiah dari buku ini adalah serangannya terhadap asumsi bahwa emisi gas karbondioksida (CO2) di atmosfer sebagai penyebab memanasnya Planet Bumi. Berdasarkan data dan fakta historis yang ditemukan, mereka membantahnya dengan mengatakan konsentrasi CO2 yang berlebih di udara justru menguntungkan kehidupan.

Lebih jauh, buku yang diterbitkan Rowman & Littlefield Publisher, Maryland, AS, 2007, itu menyatakan, periode panas seperti terjadi sekarang adalah bukan satu masa terpanas karena ribuan tahun lalu kondisi lebih parah sudah berulangkali terjadi, malah saat itu dunia belum mengenal emisi CO2.

Kedua pengarang juga mengungkapkan, periode dingin (“global cooling”) seperti Zaman Es jutaan dan ribuan tahun lalu justru lebih membahayakan kehidupan ketimbang periode panas (Pemanasan Global).

Pandangan radikal kedua ilmuwan ini muncul ke permukaan setelah mereka mempelajari analisis dua pakar klimatologi Willi Dansgaard dan Hans Oeschger terhadap inti es di Greenland, Denmark, pada 1984.

Selama ini, para ilmuwan meyakini bahwa efek rumah kaca akibat industri dan konsumsi energi yang tak terkendali adalah faktor di balik menipisnya lapisan atmosfer sehingga sinar matahari menerobos lebih deras ke Bumi dan membuat dunia menjadi semakin panas hingga muncul istilah Pemanasan Global.

Tapi, Willi dan Hans melakukan terobosan dengan melakukan analisis perbandingan kandungan isotop oksigen-16 dan isotop oksigen-18 pada esktrak inti es Greenland. Dari analisis ini mereka memperoleh jejak rekam iklim dunia dalam 250 ribu tahun terakhir.

Analisis Willi dan Hans lalu disandingkan dengan hasil penelitian para pakar geologi dan geofisika lainnya terhadap sedimen-sedimen bawah laut yang ternyata juga merekam siklus iklim Bumi.

Tidak hanya pakar geologi, hasil analisis yang dibuat para klimatolog, fisikawan, kimiawan, sampai arkeolog dan antropolog juga diadopsi untuk menguatkan asumsi baru mengenai muasal Pemanasan Global ini.

Dari kumpulan data dan analisis pakar ini, kedua pengarang mengajukan asumsi bahwa pada jutaan tahun terakhir ini telah terjadi 600 periode panas dan 599 periode dingin yang datang silih berganti setiap 1.500 tahun.

Keyakinan ilmiah inilah yang akhirnya mendorong kedua pakar menyerang habis-habisan Panel Internasional untuk Perubahan Iklim (IPCC), PBB, dan Protokol Kyoto. Bahkan, kampanye lingkungan dari mantan Wapres AS Al Gore lewat film “An Inconvenient Truth” disebutnya sebagai tak lebih dari promosi politik karena tak menyediakan argumentasi ilmiah yang pantas.

Segala asumsi tradisional mengenai pemanasan global pun dikuliti habis oleh kedua ilmuwan dengan mengonfrontasikannya terhadap data dan fakta yang mereka peroleh.

Verifikasi ilmiah itu di antaranya kritik terhadap akurasi pemetaan pemanasan global lewat Model Sirkulasi Global –pemodelan kecenderungan iklim lewat rekayasa komputer– yang dinilai telah mengabaikan fakta.

Setelah mempelajari catatan temperatur Bumi yang direkam satelit dalam 27 tahun dan 50 tahun terakhir, mereka melihat hasil perhitungan Model Sirkulasi Global tidak faktual karena selama kurun waktu itu dunia tidak lebih panas seperti diprediksi Model, melainkan lebih dingin.

Serangan berikutnya tertuju pada pemetaan perubahan klimatologis dan ekosistem yang ditengarai berkaitan dengan Pemanasan Global.

Asumsi ini ternyata tak bisa dibenarkan sehingga penolakan merembet ke klaim-klaim yang menyatakan Pemanasan Global adalah penyebab naiknya permukaan air laut, punahnya satwa langka, kekeringan dan banjir, cuaca yang mengganas, dan naiknya angka kematian manusia.

Semua argumentasi mengenai hal itu dipaparkan dalam lima bab.

Setelah itu, kedua ilmuwan menyerang kritik mayoritas ilmuwan terhadap posisi industri dan kemajuan teknologi yang disebutnya tidak proporsional karena telah mengesampingkan kontribusi industri bagi pemajuan kehidupan dan mempermudah manusia dalam merespon dinamika alam.

“Kemajuan teknologi kedokteran modern di abad 21 justru membuat manusia lebih sehat dan lebih lama hidup, padahal saat itu iklim Planet Bumi kian memanas,” kata mereka mencontohkan.

Tapi buku ini juga banyak dipertanyakan mengenai kejelasannya sebagai sebuah karya ilmiah yang harusnya netral. Serangannya yang agresif terhadap mereka yang percaya bahwa manusia penyebab pemanasan global membuat buku ini sulit untuk tidak disebut sebagai corong kaum industri.

Apalagi Fred dan Dennis dinilai tak berani mengusik posisi korporasi dan industri dalam konteks Pemanasan Global sehingga cap corong itu semakin sulit mereka tepis.

Padahal, industri ditengarai sebagai pihak yang paling berperan dalam pendegradasian atmosfer sehingga sinar matahari terasa makin panas dan menggantang Planet Bumi.

Selain itu, buku ini juga disebut bernada politis karena secara sepihak menyudutkan Uni Eropa, PBB dan Protokol Kyoto.

Kedua ilmuwan menyebut prakarsa Uni Eropa dan PBB tentang pengurangan emisi CO2 sebagai langkah yang tidak ilmiah dan “gaya-gayaan” karena Eropa dan PBB tak mampu menentukan pada tingkat berapa emisi CO2 bisa disebut tidak membahayakan Bumi.

Di kesempatan sama, kedua ilmuwan memuji habis kalangan industri karena dinilai berperan dalam memudahkan manusia mencapai kehidupan yang lebih berkualitas, padahal banyak laporan menunjukkan industri adalah penyulut utama rusaknya ekosistem.

Tapi, terlepas tuduhan menjadi corong industri dan kebijakan Pemerintah AS pimpinan George Bush yang juga pro industri, kedua pengarang mengajukan argumentasi-argumentasi sangat menarik sehingga asumsi mereka tentang Pemanasan Global tampak berlandaskan fakta yang kuat.

Laptop Harga 100 Dollar Diluncurkan


Gebrakan Asus dan Intel dengan laptop murahnya “Eee PC” dan Zyrex dengan “Anoa” mengagumkan banyak orang. Namun, sesuatu yang lebih dahsyat tengah berlangsung saat pendiri lembaga nirlaba “One Laptop Per Child” (OLPC) Prof Nicholas Negroponte mengembangkan produk sejenis yang jauh lebih murah.

OLPC mengembangkan laptop super murah, yang harganya hanya 100 dolar per unit, atau kurang dari Rp1juta.

Laptop yang diproduksi untuk program bantuan bagi anak-anak sekolah di negara berkembang itu mengundang reaksi dari berbagai kalangan, baik pakar maupun industri teknologi informasi, hingga politikus yang diperkirakan akan mengambil manfaat dari program itu untuk mendongkrak popularitasnya di mata rakyat.

Sebagian kelompok merasa terusik karena harga yang lebih murah untuk jenis barang sama tentu akan mengganggu keberadaan barang sejenis lainnya yang dijual dengan harga lebih mahal.

Kalau mengatakan “program bantuan ini akan merusak pasar laptop” dianggap tabu, beberapa kalangan memprediksi bahwa karya Negroponte dan XO (perusahaan perakitnya) ini akan melemahkan penjualan laptop yang telah ada di pasaran.

Seorang peneliti senior di perusahaan riset dan konsultan teknologi informasi Gartner, Brian Gammage, dengan terus terang menyebut kemunculan OLPC akan diamati dengan cermat oleh para produsen personal komputer dunia, sebab hal itu akan menjadi bagian dari porsi pasar yang mereka sedang sasar.

Jika tidak ada implikasi yang ditimbulkan pada kategori spesifikasi peralatan dan biaya pembuatannya, kemudian tidak ada gangguan yang ditemukan dalam jumlah produksinya, maka akan banyak konsumen yang membeli laptop ini.

“Itu merepresentasikan kanibalisasi dalam sebuah industri yang selalu dalam tekanan,” kata Brian kepada sebuah media Inggris.

Sebuah situasi tidak menguntungkan terbangun ketika para pembuat PC terjebak dalam industri yang tidak sehat karena mereka akan terus bersaing dalam margin yang rendah.

Sebelumnya pun, persaingan ketat sudah berlangsung ketika banyak perusahaan menghadapi penjualan yang rendah dan sama-sama memilih produk jinjing dan praktis sebagai satu jalan keluar. Para produsen PC pun berlomba-lomba membuat “PC portable” alias laptop yang pasarnya tumbuh dengan sangat cepat.

Upaya produsen PC itu ternyata tidaklah cukup, karena entah sudah diprediksikan atau belum, para pembuat peralatan “portable” jenis lain seperti “smart-phone” juga mengikuti langkah mereka.

Terlebih industri yang kedua ini jauh lebih mahir dalam membuat dan merakit komponen kecil dalam peralatan yang berukuran kecil itu.

“Perang” pernyataan untuk mempertahankan citra produk yang merasa terancam pun dibangun.

Dengan alasan yang sangat realistis, general manajer di Intel, Willy Agatstein, mengatakan bahwa sangat tidak sepadan jika laptop buatan XO dan gadget sejenis keluaran Asus bersama Intel itu dibandingkan dengan laptop berbasis PC yang sudah dikembangkan HP, Dell, Sony, maupun Acer selama ini.

Laptop 100 dolar dari XO dan Eee PC punya Asus, serta Anoa dari Zyrex adalah dua alat yang dirancang untuk suatu kegunaan yang unik, yakni membantu dunia pendidikan bagi anak-anak di negara berkembang. Dengan alasan itu, maka alat itu menonjolkan pertimbangan jangkauan harga dengan spesifikasi dan fungsi yang disesuaikan alias lebih terbatas.

“Tidak ada satu ukuran yang pas buat semua,” kata Willy.

Menanggapi berbagai komentar mengenai langkahnya itu, Negroponte mengatakan, akan mengabaikan kritik-kritik mengenai proyeknya itu.

Laptop untuk program “One Laptop Per Child” memiliki spesifikasi yang sangat berbeda dengan laptop pada umumnya, sebagaimana dikupas oleh penggagasnya Nicholas Negroponte di internet baru-baru ini.

Untuk memastikan bahwa laptop itu sempurna sebagai peralatan yang mudah dipelihara, maka beberapa perlengkapan yang mudah dipasang dan dilepas sengaja tidak disertakan.

Laptop buatan XO tersebut tidak dilengkapi dengan CD maupun DVD drive. Prosesornya yang berkemampuan rendah juga tidak dilengkapi dengan kipas pendingin.

Sementara kapasitas “hard drive”-nya adalah 1 GB, seperti umumnya digunakan kamera digital.

Pengembangan perlengkapan memory dapat dilakukan dengan memanfaatkan slot “memory card” yang ada di bawah layar atau dengan memasang perangkat melalui port USB (universal serial bus) yang ada di sisi kotak layar.

Mengatasi kapasitas “hard drive” yang hanya 1 GB ini, pengguna yang sasarannya adalah anak-anak sekolah menyimpan file ke dalam komputer server besar yang dipasang di ruang sekolah atau dengan memanfaatkan fasilitas online yang dikembangkan Google, sang mesin pencari raksasa.

Chip prosesor dalam laptop ini adalah buatan AMD yang memiliki kemampuan kecepatan hanya 433 Mhz. Sebagai perbandingan PC terbaru saat ini rata-rata memiliki prosesor berkecepatan di atas 3 Ghz.

Prosesornya juga dirancang hemat energi. Berbeda dengan prosesor komputer pada umumnya yang tetap aktif meski tidak ada aktivitas yang tampak di layar, prosesor untuk laptop ini bisa “shut down” sendiri dan baru aktif ketika dibutuhkan saja.

Graphic card dibuat “in-built” (menyatu dengan komponen utama/mother board).

Perangkat wi-fi “adapter”-nya juga tetap bisa berfungsi meski prosesor utamanya sedang tidak aktif. Perangkat wi-fi yang terpasang juga mendukung “wireless protocol” yang digunakan di kantor-kantor dan rumah.

Salah satu bagian laptop itu yang sangat unik adalah komponen untuk suplai energi.

Selain bisa memanfaatkan energi matahari melalui “solar panel” yang terpasang, laptop ini juga bisa disuplai energi melalui alat engkol yang didesain seperti “yo yo”, sedangkan ketika berada di ruangan berlistrik, laptop ini hanya membutuhkan 18 watt.

Sosok pioner

Nicholas Negroponte adalah seorang pionir Internet, penulis, dan pria yang memiliki visi-visi besar dan mulia.

Sebagai pendiri dan pimpinan OCPL, sebuah organisasi non-profit, Negroponte telah bekerja keras untuk mengusahakan penggunaan komputer dalam dunia pendidikan di negara-negara miskin di dunia.

Sejak 2005 fokus dari proyek Negroponte adalah membuat sebuah laptop inovatif yang akan didistribusikan bagi anak di negara berkembang dengan biaya hanya 100 dolar.

Guru di bidang komputer asal Amerika ini telah memperoleh dua gelar arsitek profesional bidang teknologi dari the Massachusetts Institute of Technology pada 1960-an dan kemudian mendirikan MIT`s Architecture Machine Group pada 1968.

Pada tahun 1980-an, ia memimpin MIT Media Laboratory, ketika banyak teknologi yang memanfaatkan “revolusi digital” dikembangkan, termasuk komunikasi nirkabel, dan pendekatan progresif mengenai bagaimana anak belajar.

Seorang rekannya di MIT, Profesor Ken Morse, menjulukinya sebagai “seorang pemimpin yang tak pernah kenal lelah”.

Kini kerja keras dan keinginan Negroponte terwujud, keinginannya untuk memfasilitasi penggunaan perangkat teknologi tinggi di kalangan anak-anak negara miskin sudah ia buktikan.

Uruguay adalah negara pertama yang menyambut baik program laptop murahnya.

Negara di Amerika Selatan ini membeli 100.000 unit laptop yang digagas Negroponte, untuk dibagikan bagi anak sekolah usia 6 tahun hingga 12 tahun.

Selanjutnya pemerintah negara ini kemungkinan akan membeli hingga 300.000 unit untuk bisa menyediakan satu laptop per anak pada 2009.

Di Nigeria, laptop OCPL juga sudah dinikmati oleh 300 anak sekolah berkat dukungan Ayo Kusamotu, seorang pengacara dan sukarelawan yang mendukung OCPL di negara Afrika itu.

Menyusul Nigeria, sedikitnya 6.500 anak sekolah di daerah Caldas, Kolumbia juga segera mendapatkan laptop itu.

Lalu kapan laptop murah tersebut bisa dinikmati anak-anak negara miskin atau berkembang di belahan dunia lain, termasuk Indonesia? Sinergi pemerintah dan pengusaha agaknya menjadi pihak yang bakal dapat mempercepat perwujudannya.