Sesuai pengumuman Elon Musk yang akan melakukan PHK sebagian karyawan Tesla, kini divisi yang kena adalah pegawai yang mengerjakan teknologi autopilot di mobil Tesla. Ratusan karyawan dipastikan terkena pemangkasan. Seperti dikutip dari CNBC, Kamis (30/6/2022) Tesla menutup kantornya yang berlokasi di San Matteo, California, dan memberhentikan 200 pegawai yang bekerja di sana.
Di kantor itu, sebagian karyawan ditugaskan mengevaluasi video Tesla untuk meningkatkan sistem kemudi otomatis atau Autopilot. Fitur autopilot memang sedang giat dikembangkan oleh Tesla.
Tapi dengan PHK ini, bukan berarti pengembangan Autopilot terhambat. Tesla sudah memindahkan sebagian karyawan divisi Autopilot ke kantor yang lain di Palo Alto. Juga ada tim di divisi itu yang direkrut di kantor area Buffalo. Dalam bocoran audio, terdengar manajer Tesla mengumumkan akan ada PHK. “Kalian tahu bahwa sewa kantor kita di San Matteo sudah selesai. Perusahaan berusaha memindahkan seluruh tim ke kantor Palo Alto. Sayangnya, kami tidak bisa,” kata dia.
Karyawan yang kena PHK masih akan menerima gaji penuh selama dua bulan dan nanti memperoleh benefit lainnya. Mereka juga diminta segera mengembalikan fasilitas laptop milik perusahaan. Di sisi lain, Elon Musk mengkoreksi jumlah karyawan Tesla yang kena PHK massal. Sebelumnya angkanya di kisaran 10% tapi dalam email terbaru, Musk menjelaskan 10% itu adalah persentase memangkas karyawan tetap dan di sisi lain, Tesla akan meningkatkan jumlah pegawai kontrak. Artinya menurutnya, PHK menimpa 3,5% karyawan saja.
Sebelumnya, Tesla juga digugat secara hukum oleh mantan karyawan yang mengaku di-PHK tidak sesuai aturan sehingga semena-mena. Bagaimana tanggapan Elon Musk? Rupanya Elon Musk mengaku tak begitu peduli terhadap tuntutan tersebut. “Mari kita jangan terlalu banyak membaca gugatan hukum awal yang tidak ada dasarnya,” katanya.
Tesla digugat secara hukum oleh mantan karyawan yang mengaku di-PHK tidak sesuai aturan sehingga semena-mena. Bagaimana tanggapan sang bos, Elon Musk? Rupanya Elon mengaku tidak begitu peduli terhadap tuntutan tersebut. “Mari kita jangan terlalu banyak membaca gugatan hukum awal yang tidak ada dasarnya,” katanya seperti dikutip dari CNBC, Rabu (22/6/2022).
“Kesannya setiap hal yang berhubungan dengan Tesla mendapat banyak klik, baik memang hal yang signifikan atau sepele saja. Aku akan mengkategorikan gugatan hukum itu di kategori sepele,” tambah dia. Seperti diberitakan, penuntut menyatakan PHK massal itu tidak diumumkan sesuai dengan peraturan yang berlaku alias mendadak. Padahal hukum federal di Amerika Serikat mengharuskan ada waktu sedikitnya selama dua bulan sebelum pegawai dapat di-PHK.
Mereka ingin mewakili seluruh pegawai Tesla di Amerika Serikat yang dipangkas pada bulan Juni dan Juli tanpa pengumuman yang semestinya alias sangat mendadak. “Tesla hanya memberitahu pada para pegawai bahwa mereka segera diberhentikan,” tulis penggugat dalam dokumen pengadilan.
“Cukup mengejutkan bahwa Tesla telah begitu saja melanggar aturan buruh federal dengan begitu banyak karyawan diberhentikan tanpa melakukan pemberitahuan yang seharusnya,” kata Shannon Lis Riordan, jaksa yang mewakili pegawai Tesla dalam tuntutannya itu.
Di sisi lain, Elon Musk mengkoreksi jumlah karyawan Tesla yang kena PHK massal. Sebelumnya angkanya di kisaran 10% tapi dalam email terbaru, Musk menjelaskan 10% itu adalah persentase memangkas karyawan tetap dan di sisi lain, Tesla akan meningkatkan jumlah pegawai kontrak yang digaji per jam. Artinya menurutnya, PHK menimpa 3,5% karyawan saja.
Country Manager Tesla Singapura, Christopher Bousigues, baru saja kena PHK oleh perusahaan mobil listrik itu setelah baru sekitar setahun bekerja. Curhat yang ia tulis di media sosial LinkedIn jadi viral.
Elon Musk selaku CEO Tesla beberapa waktu lalu mengumumkan akan melakukan PHK sekitar 10% karyawan Tesla. Christopher mengaku termasuk korbannya. Sebelum di Tesla, ia adalah eksekutif di perusahaan software SAP.
“Tesla mengumumkan pemangkasan tenaga kerja sebanyak 10%. Posisi saya dipilih untuk dieliminasi pada hari ini,” tulis Christopher dalam postingannya beberapa hari silam di LinkedIn. “Saya bangga menjadi country manager pertama Tesla di Asia Tenggara dan membangun bisnisnya di Singapura,” tambah pria asal Prancis ini.
“Dalam setahun terakhir, saya dan tim membangun bisnis dari bawah, membuat Model 3 pemandangan umum di Singapura, membangun 2 showroom, 2 pusat servis, mengembangkan 7 supercharger di seluruh pulau dan sukses meluncurkan Tesla Model Y dengan respons bagus,” lanjutnya.
“Saya berterima kasih pada semua yang mendukung dalam perjalanan ini. Ketika sesuatu seperti ini terjadi, Anda bertanya-tanya apa tindakan terbaik dan apakah harus hati-hati atau tetap diam. Namun itu bukan saya. Transparansi dan kejujuran tidak bisa dinegosiasi bagi saya, sehingga membagikan kabar ini rasanya adalah hal yang benar untuk jejaring saya. Saya yakin ketika sebuah pintu tertutup, gerbang di tempat lain terbuka,” cetusnya lagi.
Lebih lanjut, dia mengaku akan kembali ke Eropa bersama keluarganya untuk liburan sejenak. Postingan di LinkedIn itu telah meraup lebih dari 11 ribu reaksi dan sekitar 430 komentar.
Banyak netizen yang mendukung Christopher. “Sungguh sebuah pemikiran positif bahkan ketika perusahaan Anda tidak menyadari betapa Anda loyal dan berkomitmen. Tesla, kalian telah kehilangan sebuah permata,” tulis sebuah komentar. “Christopher, sedih mendengar kabar ini. Anda pantas mendapatkan perusahaan yang jauh lebih baik dan posisi lebih menarik dengan semua prestasi besar Anda di Tesla. Semoga sukses di petualangan selanjutnya,” tulis yang lain.